Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Israel Bersiap Menyerang Fasilitas Nuklir Iran

Israel secara diam diam menyiapkan skenario serangan terhadap instalasi nuklir Iran. Empat lokasi nuklir utama Iran yang diincar, adalah fasilitas pengayaan uranium di Natanz dan Fordo, reaktor air di Arak, serta pembangkit yellowcake-conversion di Isfahan.

Ada tiga rute potensial yang dipertimbangkan israel: rute utara via Turki, rute selatan melalui Arab Saudi atau rute tengah melewati Yordania dan Irak.

Rute via Irak menjadi yang paling langsung dan paling mungkin, karena Irak tidak memiliki pertahanan udara. AS tidak lagi memiliki kewajiban untuk membela langit Irak, setelah menarik diri pada Desember lalu. Hal ini memungkinkan, dengan asumsi Yordania akan memberi toleransi terhadap penerbangan lintas perbatasan oleh Israel.

Namun sejumlah pakar militer AS memperkirakan, Israel akan menemukan kesulitan untuk melakukan serangannya tersebut.
Israel memiliki jet tempur F-15I dan F-16i rakitan AS yang dapat membawa bom ke sasaran. Namun jangkauan jet-jet itu terbatas, tidak sanggup mencapai jarak 3.200 kilometer pergi-pulang.

Bila Israel memutuskan untuk menyerang Iran, para pilotnya harus terbang menempuh jarak lebih dari 1.600 kilometer, menyeberangi wilayah udara sejumlah negara yang tidak bersahabat, mengisi bahan bakar di udara, menghadapi pertahanan udara Iran, menyerang sejumlah tempat secara bersamaan, dan menggunakan sedikitnya 100 pesawat.

Sejumlah pejabat pertahanan AS mengatakan, serangan Israel yang bertujuan untuk menghancurkan program nuklir Iran akan menjadi sebuah operasi besar dan sangat kompleks. Mereka menggambarkan, serangan itu akan berbeda jauh dari serangan Israel terhadap sebuah reaktor nuklir Suriah tahun 2007 dan reaktor Osirak Irak tahun 1981.

Rintangan berat lainnya, adalah persediaan bom Israel yang mampu menembus fasilitas nuklir iran di Natanz dan Fordo, yang dibangun di dalam sebuah gunung. Israel punya bom penghancur bunker GBU-28 seberat 2.200-kilogram buatan AS yang dapat merusak target tersebut. Namun tidak jelas seberapa jauh bom bisa menjangkau sasaran yang berada di dalam perut gunung.

Letnan Jenderal Purnawirawan David Deptula, mantan pejabat senior intelijen Angkatan Udara AS menegaskan, sebuah serangan udara Israel terhadap Iran tidak akan mudah dilakukan.

Spekulasi Israel akan menyerang Iran berkembang dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan ketegangan antara kedua negara. Iran menuding Israel atas serangkaian pembunuhan terhadap sejumlah ilmuwan nuklirnya. Sebaliknya, Israel menuduh Iran berada di balik serangkaian ledakan bom pada pekan lalu yang tampaknya menyasar para diplomatnya di Georgia, India, dan Thailand.

Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Martin Dempsey, memperingatkan serangan Israel terhadap Iran sekarang ini akan menimbulkan “destabilisasi”. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague, juga mengatakan kepada BBC bahwa menyerang Iran bukan “hal yang bijaksana” bagi Israel “saat ini”.

Rencana serangan Israel menjadi sumber perdebatan di Washington. Salah satu ketakutan adalah AS akan terjerumus untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Michael Hayden, yang menjadi direktur CIA tahun 2006 hingga 2009, bulan lalu mengatakan, serangan udara untuk merusak secara serius program nuklir Iran “berada di luar kapasitas” Israel.

Iran sendiri tidak tinggal diam atas skenario serangan Israel tersebut. Iran menggelar pelatihan pertahanan udara selama empat hari untuk melatih perlindungan bagi instalasi negara yang penting, khususnya instalasi nuklir, kata kantor berita Fars di Iran.

Pelatihan yang dilakukan di Iran selatan mengikutsertakan beragam sistem rudal, radar serta sejumlah pesawat. Angkatan Darat dari Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) juga melancarkan pelatihan militer yang bernama Valfajr pada Minggu di kawasan gurun di Iran tengah dan di Provinsi Yazd di Iran tengah.

Panglima Pengawal Revolusi, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jaffari, mengatakan “pelatihan perang dilakukan setelah adanya ancaman dan agresi dari Amerika Serikat, terutama invasinya terhadap negara tetangga dan kawasan regional”.(JKGR).

Share:

Penulis:

Rojes Saragih