Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer

DF-31
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 1

BAGIAN II RUDAL BALISTIK DONGFENG
Rudal Dongfeng merupakan serangkaian rudal balistik jarak pendek- menengah dan antar benua yang dioperasikan oleh China. Awal perkembangan rudal balistik Dongfeng dimulai pada tahun 1950 setelah penandatanganan Sino – Soviet Treaty of Friendship, Alliance and Mutual Assistance dimana Unisoviet membantu People’s Liberation Army (PLA) dalam proses Research & Development (R&D) mulai dari pelatihan, dokumentasi teknik, peralatan manufaktur dan lisensi produk-produk senjata milik Uni Soviet. Dalam lingkup rudal balistik, Uni Soviet telah mentransfer teknologinya kepada China yang terdiri dari R-1 (SS-1), R-2 (SS-2) dan R-11F.

Sejak saat itu, China telah banyak mengalami kemajuan dalam penguasaan teknologi rudal maupun roket termasuk cikal bakal rudal balistik Dongfeng berbasis desain milik Uni Soviet. Perjalanan sejarah pengembangan rudal balistik Dongfeng China cukup panjang dimulai dari :

1. Dongfeng 1 ( DF-1/SS-2 )

Dongfeng 1
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 2

DF-1 adalah pengembangan rudal balistik pertama China hasil lisensi dari Uni Soviet yang merupakan tiruan dari rudal balistik R-2 (SS-2 Sibling). DF-1 mengusung mesin tunggal yaitu RD-101, berbahan bakar alkohol dengan Liquid Oxygen (LOX) sebagai oxidizer. Rudal balistik ini memiliki daya jangkau maksimal 550km dan daya muat hulu ledak mencapai 500kg. Sejak tahun 1960 DF-1 telah diproduk tapi dengan jumlah terbatas.

2. Dongfeng 2 ( DF-2/CSS-1 )

Dongfeng 2 (CSS-1)
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 3

DF-2 merupakan rudal balistik pertama China yang memiliki daya jangkau menengah mencapai jarak 1.250km dengan daya muat 15 – 20 kt (kiloton) hulu ledak nuklir. Negara-negara NATO mengenal DF-2 dengan istilah CSS-1 yang diluncurkan dari permukaan ke permukaan. Para pengamat dan ahli persenjataan barat telah lama mengamati rudal balistik DF-2 dan mereka berkesimpulan bahwa DF-2 bisa jadi merupakan tiruan R-5 Pobeda (SS-3 Shyster) milik Uni Soviet. Mereka mengindikasikan ini karena adanya kesamaan dari wujud, jarak jangkau, mesin dan daya muatnya. Indikasi ini pun terjawab dengan adanya fakta bahwa pada akhir tahun 1950 dokumen R-5 Pobeda (SS-3 Shyster) telah diberikan Uni Soviet kepada China.

Tetapi ada juga pengamat dan ahli persenjataan barat yang memiliki pandangan sedikit berbeda dan meyakini bahwa China melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap desain DF-2 dengan dibantu oleh tenaga-tenaga ahlinya seperti Xie Guangxuan, Liang Sili, Liu Chuanru, Liu Yuanwai, Lin Shuangwei dan Den Xinmin.

Pada tahun 1962 China melakukan uji coba pertama DF-2 tetapi mengalami kegagalan. Sampai akhirnya China meningkatkan lagi kemampuan rudal balistik berbasis DF-2 dan menghasilkan varian baru DF-2A, sebagai hasil pengembangan DF-2A inilah yang digunakan China untuk melakukan uji coba pertama rudal balistik berhulu ledak nuklir di Lop Nor di tahun 1966. DF-2 ini sendiri telah menjadi bagian dari sistem persenjataan PLA sejak tahun 1960-an dan pada tahun 1980 seluruh DF-2 akhirnya dipurnatugaskan.

3. Dongfeng 3 (DF-3/CSS-2)

DF3
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 4

DF-3 sering kali disebut sebagai produk murni pertama China dengan kualifikasi “Intermediate Range Ballistic Missile (IRBM). Tetapi tetap saja hasil pengembangan ini banyak dipengaruhi oleh rudal balistik R-14 Chusovaya milik Uni Soviet. Mesinya sendiri merupakan tiruan dari C.2 1100/C.2 1150 La-350 yang merupakan mesin pendorong hasil pengembangan dari Isayev OKB-2 (NII-88). Penanggun jawab utama untuk pengembangan sistem pemandu diserahkan kepada Tu Shoue dan Sun Jiadong, sedangkan untuk proses produksi dilakukan di Factory 211/Capital Machine Shop.

Desain awal DF-3 memiliki daya jangkau 2.500km dan daya muat Thermonuclear 2.000kg. Selanjutnya pada tahun 1981 dilakukan pengembangan varian baru yaitu DF-3A dengan daya jangkau 3.000km, bahkan bisa bertambah sampai dengan 4.000km dengan mengurangi muatan hulu ledaknya dan untuk varian ini telah diekspor ke Arab Saudi dengan spesifikasi hulu ledak jenis High-Explosive.

4. Dongfeng 4 (DF-4/CSS-3)

DF4
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 5

DF-4 “Chingyu“ adalah rudal balistik dua tahap pertama milik China dengan daya jangkau 5.550 – 7.000km dan daya muat mencapai 2.200kg (3Mt hulu ledak nuklir). DF-4 mulai dikembangkan pada akhir tahun 1960, selain sebagai rudal balistik China juga menggunakan DF-4 sebagai peluncur kendaraan luar angkasa pertamanya Chang Zeng 1 (Long Mach 1). Sampai saat ini diperkirakan masih ada sekitar 20 DF-4 tersisa dan telah mulai diganti secara bertahap mulai tahun 2010 dan direncanakan 2015 semua DF-4 akan digantikan oleh DF-31.

5. Dongfeng 5 (DF-5/CSS-4)

DF5
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 6

DF-5 merupakan “Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) yg di desain untuk mampu membawa 3 Mt (Megaton) hulu ledak nuklir dengan daya jangkau lebih dari 12.000km. DF-5 adalah ICBM berbasis Silo, dua tahap dan digunakan juga sebagai roket peluncur kendaraan luar angkasa satelit Fengbao-Tempest. Mulai dikembangkan dari tahun 1960, tetapi tidak pernah masuk layanan tugas sampai tahun 1981. Pada pertengahan tahun 1990, dibuatlah varian baru yaitu DF-5A dengan peningkatan daya jangkau hingga lebih dari 13.000km. Sampai saat ini diperkirakan masih ada sekitar 24-36 DF-5A aktif melayani PLA.

6. Dongfeng 11 (DF-11/CSS-7)

DF11
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 7

DF-11 juga dikenal sebagai M-11 (versi ekspor) adalah “Short – Range Ballistic Missile“ (SRBM) berbasis darat dan diangkut menggunakan truk. Didesain oleh Wang Zhenhua di Sanjiang Missile Corporation di akhir tahun 1970. DF-11 memiliki daya jangkau 300km dan daya muat 800kg dan versi pengembangan lainnya adalah DF-11A dengan peningkatan daya jangkau hingga lebih dari 825km.

7. Dongfeng 12 (DF-12/CSS-X-15)

DF12
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 8

DF-12 (M-20 versi ekspor) merupakan “Short-Range Ballistic Missile“ (SRBM) dan memiliki kemiripan dengan rudal Iskandar 9K720. DF-12 memiliki daya jangkau 400kg dan daya muat 400kg berhulu ledak jenis Cluster/High-Explosive Fragmentation.

8. Dongfeng 15 (DF-15/CSS-6)

DF15
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 9

DF-15 (M-9 versi ekspor) dikembangkan oleh CASC China Acadmy of Rocket Motor Technology yang merupakan rudal balistik dengan spesifikasi single stage, solid fuel, Short-Range Ballistic Missile (SRBM) memiliki daya jangkau 600km dan daya muat 500kg. Pada saat terjadi ketegangan hubungan antara China – Taiwan di Selat Taiwan sekitar tahun 1995 – 1996, People’s Liberation Army (PLA) meluncurkan 6 DF-15 dalam sebuah latihan untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Sampai saat ini diperkirakan masih ada sekitar 300 – 350 DF-15 dioperasikan oleh PLA.

9. Dongfeng 21 (DF-21/CSS-5)

DF21
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 10

DF-21 merupakan “Medium-Range Ballistic Missile“ (MRBM) dua tahap, berbahan bakar padat yg dikembangkan oleh China Changfeng Mechanics and Electronics Technology Academy pada akhir tahun 1970. Rudal balistik ini dapat mengangkut 500kt hulu ledak nuklir dan memiliki daya jangkau lebih dari 2.500km. DF-21 juga digunakan sebagai basis pengembangan Submarine-Launched Ballistic Missile (SLBM) JL-1 (CSS-N-3) dan digunakan oleh Xia-Class SSBN. Pada tahun 1996, dibuat lagi varian pengembanganya yaitu DF-21A dan diperkiran sampai saat ini China memiliki 60 – 80 DF-21/DF-21A.

10. Dongfeng 31 (DF-31/SSC-10)

DF31
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 11

DF-31 masuk dalam kategori “Intercontinental Ballistic Missile“ (ICBM), berbahan bakar padat dan dikembangkan oleh Academy of Rocket Motor Technology (ARMT). DF-31 memiliki daya jangkau lebih dari 8.000km dan mampu mengangkut hulu ledak tunggal dengan bobot 1.000kg atau mampu memuat lebih dari 3 hulu ledak dengan kemampuan Multiple Independently Targetable Re-entry Vehicle (MIRVs). DF-31 dikembangkan lagi varian baru yaitu DF-31A yg memiliki daya jangkau lebih dari 12.000km. Pengembangan DF-31 dimaksudkan untuk mengganti rudal-rudal balistik China yg sudah usang dan dikembangkan pula sebagai basis pembuatan “Submarine-Launched Ballistic Missile“ JL-2 terbaru (CSS-NX-4/CSS-NX-5) yang digunakan oleh Jin-Class SSBN dan diperkirakan ada lebih dari 30 DF-31/DF-31A yang telah dimiliki China.

11. Dongfeng 41 (DF-41/CSS-X-10)

DF41
Tantangan China kepada AS Lewat Penguasaan Teknologi Militer 12

DF-41 merupakan “Intercontinental Ballistic Missile“ (ICBM) terbaru yang diproduksi oleh China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT). DF-41 memiliki spesifikasi berat 80.000kg, panjang 21m, diameter 2,25m, berhulu ledak nuklir berkemapuan Multiple Independently Targetable Re-entry Vehicle (MIRVs) lebih dari 10 dan memiliki kecepatan mencapai 25 Mach. DF-41 memiliki daya muat 1 Mt (Megaton) hulu ledak tunggal atau dengan kemampuan MIRVs dapat mengangkut hingga 10 hulu ledak nuklir berbagai varian mulai dari 20, 90, 150 atau 250 Kt (Kiloton) hulu ledak nuklir dan daya jangkaunya dapat mencapai 12.000-15.000km.

Dengan daya jangkau dan teknologi MIRVs yang dimiliki DF-41 mengindikasikan kemampuannya untuk dapat mengimbangi LGM-30 Minuteman ICBM Amerika Serikat ataupun RS-24M Yars ICBM Rusia. Pengembangan teknologi MIRVs oleh China sebagai langkah antisipasi akan kemampuan sistem pertahanan udara Terminal High-Altitude Area Defence (THAAD) Amerika Serikat.

Inilah lika liku perjalanan panjang yang harus ditempuh China untuk meraih kemajuan dalam pengembangan rudal balistik. Pengorbanan waktu, tenaga dan dana yang besar terbayar sudah dengan kemajuan yg begitu signifikan diperoleh China. Rudal balistik Dongfeng sebagai salah satu jawaban atas asa China untuk tampil sebagai negara kuat dan diperhitungkan oleh negara-negara besar lainya di dunia ini. Kemauan, tekad dan kerja keras telah menghantarkan China untuk mampu mengimbangi hegemoni Amerika Serikat sebagai negara Super Power.

Bukan hal yang mustahil 10, 20 atau 30 tahun kedepan China bisa menjadi negara Super Power baru sebagai penyeimbang kekuatan Amerika Serikat dalam segala bidang. Pernyataan ini bukan tanpa alasan, secara ekonomi China telah mampu melampaui pencapaian ekonomi yg diraih Amerika Serikat sedangkan secara kekuatan dan kemampuan teknologi militer tanda-tanda China untuk mampu mengejar ketertinggalan sudah mulai menampakkan hasil.

Laporan terbaru yang dikeluarkan pada tanggal 19 November 2014 oleh China Economic & Security Commision Amerika Serikat, menyatakan bahwa China akan menjadi ancaman bagi seluruh kekuatan, pangkalan dan aset militer Amerika Serikat di Pasifik Barat dalam 10 tahun ke depan. China juga memiliki kemampuan menyerang satelit keamanan nasional Amerika Serikat dengan berbagai cara mulai dari penggunaan senjata kinetik, laser, jamming elektronik ataupun mengambil alih operasi satelit milik Amerika Serikat.

Kemampuan yang dimiliki China akan terus beresiko menebar ancaman bagi satelit keamanan Amerika Serikat yg berada dimasing-masing titik orbitnya dalam 5-10 tahun ke depan. Pada tahun 2014 ini, China terus berusaha untuk mempercepat pencapaiannya dalam program kontra luar angkasa sehingga memiliki kemampuan untuk bersaing dengan Amerika Serikat yang lebih superioritas dalam perang informasi dan nantinya China akan memiliki kemampuan untuk mengacaukan atau menghancurkan sistem satelit yang dimiliki Amerika Serikat.

China juga mulai memikirkan akan kemampuan perang luar angkasanya untuk terus ditingkatkan sebagai detterent strategi, sekaligus memungkinkan China untuk menekan Amerika Serikat dan negara lainnya untuk tidak melakukan intervensi terhadap militernya. Laporan ini menyebutkan juga akan kemajuan perkembangan nuklirnya yang luar biasa. Selama 5 tahun kedepan, kekuatan nuklir China akan dipercepat proses pengembangan dan modernisasinya, China mempersiapkan kemampuan perluasan gelar kekuatan militer dan kebijakan luar negerinya sebagai opsi lain.

Selama 3-5 tahun ke depan, program nuklir China akan lebih mematikan dan menunjukan eksistensinya dengan penambahan jumlah, kepemilikan 5 SSBN juga menjadi ancaman lain bagi Amerika Serikat, dengan kemampuan meluncurkan Submarine-Launched Ballistic Missile (SLBM) dimana masing-masing kapal selam mampu membawa hingga 12 SCBM dengan kemampuan MIRVs. China dengan segala aset militer yang dimiliki mampu memberi ancaman keseluruh bagian wilayah teritori Amerika Serikat. Jadi bukanlah hanya sekedar mimpi bagi China untuk bisa tampil sebagai negara Super Power baru nantinya.

To be continued…….

Created by Jap & Firman Jakarta Greater Biro Lombok

Share:

Penulis: