Berkaca dari pengalaman SAR kecelakaan AirAsia QZ8501 maka penyelamatan korban yang diperkirakan masih dapat diselamatkan jelas ditentukan oleh Kecepatan dan Kekuatan ALUTSISTA SAR baik yang dimiliki oleh BASARNAS, BAKAMLA maupun oleh TNI. Kecepatan berhubungan dengan kemampuan korban/penumpang yang masih memiliki kemampuan bertahan hidup (kemampuan untuk berenang/mengapung hingga bertahan terhadap Hypothermia ataupun binatang predator) sementara Kekuatan berkaitan dengan kemampuan melakukan Hovering, mengangkat penumpang selamat ataupun men-Dropping Perahu Karet agar penumpang selamat dapat lebih bertahan di lautan.
Dari hasil sementara pengamatan data yang diperoleh penulis berani menyimpulkan bahwa penumpang AirAsia QZ8501 masih ada yang dapat bertahan hidup namun mengalami kelelahan untuk mengapung dan gagal bertahan survive dari Hypothermia. Helikopter yang dikirimkan untuk misi SAR memiliki keterbatasan daya jangkau sehingga membutuhkan kapal pengangkut untuk menuju titik lokasi yang diperkirakan di mana korban/penumpang terapung di lautan.Sementara kapal penyelamat yang dikirimkan ke lokasi kecelakaan memiliki kecepatan yang relatif lambat belum lagi dihadang oleh gelombang laut yang tingginya bisa mencapai 3-4 meter.
Singkat saja dalam artikel ini penulis lebih merekomendasikan kepada Pemerintah untuk segera mengakuisisi OSPREY V22 yang dapat digunakan baik untuk Operasi Militer Perang ataupun Operasi Militer Selain Perang (SAR). Pesawat Berief Be 200 kurang dapat dihandalkan mengingat hanya dapat mengapung di lautan yang tidak bergelombang tinggi sementara OSPREY V22 dapat melakukan manuver Hovering ataupun mengirim Tim Pelopor Penyelamat dengan melakukan Dropping Kapal Karet yang dilengkapi motor tempel. Sebagai penutup pesawat AirAsia QZ8501 berjenis A320-200 dengan rata-rata kemampuan Jarak Tempuh 3.300 nmi/6.150 km.
No. | Jenis Alutsista | Crew (Max) | Passenger (Seated) | Service Ceiling | Maximum Speed | Average Range (Maks. Jarak Tempuh) |
1 | Sea Hawk SH 60 | 4 | 5 | 12.000 ft | 270 km/h, 168 mph | 450 nmi (834 km) |
2 | Black Hawk UH 60 | 4 | 11 | 19.000 ft | 295 km/h, 183 mph | 1.380 nmi (2.200 km) |
3 | AS 332 Super Puma | 2 | 19 | 20.000 ft | 262 km/h, 141 mph | 454 nmi (841 km) |
4 | EC 725 Super Cougar | 2 | 28 | 19.997 ft | 324 km/h, 201 mph | 463 nmi (857 km) |
5 | AS 365 Dauphin | 2 | 11 | 19.242 ft | 306 km/h, 190 mph | 447 nmi (827 km) |
6 | CH 47 Chinook | 3 | 33 | 18.500 ft | 315 km/h, 196 mph | 400 nmi (741 km) |
7 | Osprey V22 | 4 | 24 | 25.000 ft | 509 km/h, 316 mph | 2.230 nmi (3.590 km) |
8 | Berief Be 200 | 2 | 20 | 26.246 ft | 700 km/h, 435 mph | 2.051 nmi (3.300 km) |
*Sumbangan artikel : Ayoeng – JKTR Biro Jambi