Jakarta – Wakil Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Badrodin Haiti memastikan salah seorang teroris yang tewas dalam baku tembak di Pegunungan Sakina Jaya, Sulawesi Tengah adalah Daeng Koro, seorang pemuka dalam kelompok Santoso. Ia mengklaim tewasnya Daeng akan melemahkan kelompok teroris yang berbasis di wilayah Sulawesi Tengah itu.
“Pada umumnya kalau yang terkena pimpinannya itu bisa mempengaruhi moril, strategi mereka. Bisa juga mereka tercerai berai, bisa melemah,” ujar Badrodin dalam jumpa pers di Mapolda Sulteng di Jl Sam Ratulangi, Palu, kemarin, sebagaimana dilansir detik.com.
Menurut Badrodin ada dua kelompok di wilayah Sulawesi Tengah. Masing-masing dipimpin oleh Daeng Karo dan Santoso. Kelompok yang dipimpin oleh Daeng Karo memiliki anggota sekitar 10-15 orang. Sementara yang dipimpin Santoso berjumlah sekitar 20-an orang. Sehingga total ada sekitar 30-35 orang.
“Harapan saya sisa kelompok ini menyerah untuk pertangungjawabkan perbuatan yang mereka lakukan,”imbaunya.
Badrodin mengakui pihaknya dalam 2 bulan terakhir gencar menggelar operasi memburu DPO Santoso yang sangat ‘licin’. Sejauh ini hanya kurir yang berhasil ditangkap.
“Kami berupaya melakukan pengejaran sampai tertangkap, yang lalu kita lakukan operasi 2 bulan tapi belum tertangkap, hanya kurir yang kita tangkap. Tetapi proses pengejaran ini tidak pernah berhenti,” ujar calon Kapolri ini.
Badrodin mengimbau agar masyarakat selalu waspada. Polri akan terus meningkatkan pengamanan. “Kami harap masyarakat waspada, Polri akan meningkatkan pengamanan baik di pos terdepan,”tutupnya.
Pengikut ISIS
Badrodin menyebut baik kelompok Daeng Koro maupun Santoso merupakan pendukung ISIS. “Santoso ini termasuk Mujahidin Indonesia Timur, ini salah satu pendukung dan pengikut ISIS,” ujar Komjen Badrodin dalam jumpa pers di Mapolda Sulteng di Jl Sam Ratulangi, Palu, Sabtu (4/4/2015).
Daeng Koro yang merupakan pecatan pasukan khusus militer ini dianggap lebih berbahaya dibanding Santoso. Dengan keahlian militer yang dimilikinya itu, dia merekrut dan membentuk kelompok para militer untuk meneror aparat dan masyarakat Poso. Sebelumnya, Markas Besar Kepolisian RI menyatakan tokoh penting kelompok teroris Santoso, Daeng Koro, diduga tewas dalam baku tembak antara Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dengan terduga teroris jaringan itu di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Jumat lalu.
Densus terlibat kontak senjata sekitar satu jam dengan 12 orang tak dikenal di Pegunungan Sakina Jaya. Baku tembak disertai ledakan bom dari kelompok yang melakukan perlawanan itu.
Kejadian bermula dari laporan warga yang melihat enam orang tak dikenal di sekitar kediaman mereka selepas salat Jumat. Warga kemudian melaporkan keberadaan orang-orang tersebut ke Mapolres Parimo.
Tim Densus 88 Antiteror lalu melakukan penyisiran dan melihat sekitar 12 orang tak dikenal. Saat itu tembakan peringatan dilepas, dan kelompok tersebut membalas dengan rentetan tembakan. Dari baku tembak tersebut, Densus menyita barang bukti dua pucuk senjata laras panjang jenis M-16 dan satu pucuk senjata rakitan.
(CNN Indonesia).