Oleh: Bapak Besar – Rabu, 19 Agustus 2015
Satu lagi bukti dominasi China terhadap Amerika mulai bertambah gencar, baru-baru ini Djibouti dikabarkan telah memerintahkan AS untuk meninggalkan pangkalan militernya di Obock untuk digantikan dengan militer Cina.
Djibouti, merupakan sebuah negara kecil yang terletak di “tanduk Afrika”. Berada di tempat yang strategis yang menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Merah namun merupakan negara pelabuhan yang paling penting di kawasan tersebut, selain itu juga banyak lokasi-lokasi wisata yang menarik turis manca negara mengunjungi negara tersebut.
Posisi strategis yang dimiliki oleh Djibouti adalah karena mengawasi selat Bab al-Mandeb, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yang mengarah ke Laut Merah dan melalui Terusan Suez ke Mediterania. Di tempat ini juga terdapat Camp Lemonnier, markas militer AS di Afrika yang sebagian besar digunakan untuk operasi rahasia dan anti-teror di Yaman dan Somalia.
Sebelumnya, Djibouti merupakan menjadi tuan rumah bagi kantor pusat militer Amerika Serikat untuk kawasan Tanduk Afrika. Dari bangunan itu, selama ini menjadi basis bagi 4.000 pasukan dan armada pesawat-pesawat drone pembunuh yang menjalankan misi-misinya seperti koordinasi untuk gerakan anti-teror, mata-mata, dan operasi militer lain dilakukan Washington untuk negara sekitar, seperti, Yaman dan Somalia. AS rela mengeluarkan koceknya sebesar $63 juta per-tahun sebagai sewa untuk sebuah pangkalan militernya itu.
Presiden Djibouti Ismail Omar Guelleh mengatakan kepada wartawan, bahwa diskusi dengan Beijing yang “sedang berlangsung.” “Kehadiran Prancis dan orang Amerika menemukan bahwa posisi Djibouti bisa membantu dalam memerangi terorisme di wilayah itu,” kata Guelleh. “Jepang ingin melindungi diri dari pembajakan – dan sekarang China juga ingin melindungi kepentingan mereka, dan mereka dipersilakan.”
Djibouti telah berpaling ke China sebagai mitra ekonomi utama dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, Guelleh mengalihkan pengoperasian pelabuhan Djibouti untuk sebuah perusahaan China setelah sebelumnya dikelola operator yang berbasis di Dubai yang dituduh korupsi.
China telah menginvestasikan beberapa proyek infrastruktur besar di Djibouti senilai lebih dari US $ 9 miliar, termasuk termasuk peningkatan kualitas pelabuhan, bandara dan jalur kereta api yang terhubung ke daratan Ethiopia.
Hal ini dibenarkan oleh media Inggris, “The Daily Telegraph” yang pada bulan Mei lalu juga menyoroti investasi besar-besaran Cina di negara ini. Menurut laporan itu, China telah menginvestasikan beberapa proyek infrastruktur besar di Djibouti senilai lebih dari US $ 9 miliar, termasuk termasuk pelabuhan ditingkatkan, bandara dan jalur kereta api yang terhubung ke negara Ethiopia.
Februari lalu, Djibouti dan China menandatangani perjanjian yang memungkinkan Angkatan Laut China menggunakan pelabuhan, sebuah langkah yang ditentang oleh AS. Karena hal ini akan memaksa AS untuk memindahkan fasilitas inteligen yang sensitif ke lokasi baru yang aman dari pengamatan Cina.
Namun pasca Djibouti dan Beijing menandatangani perjanjian militer yang memungkinkan angkatan laut Cina untuk menggunakan port Djibouti pada bulan Februari 2014, negara inii dikabarkan telah memerintahkan AS untuk meninggalkan pangkalan militernya di Obock untuk digantikan dengan militer Cina.
Cina bermaksud menginstal sebuah pangkalan militer permanen di Obock, kota pelabuhan utara Djibouti. Dengan demikian, AS akan kehilangan salah satu pangkalan militernya di Djibouti, rumah bagi instalasi militer permanen Amerika di Afrika yang meliputi 4.000 tentara dan merupakan tempat bagi drone-drone pembunuh Amerika yang menjalankan misi pemboman di negara-negara muslim sebagai bagian program resmi pembunuhan target oleh Washington.
Dengan adanya pengambil-alihan pangkalan militer Amerika Serikat ini, kemungkinan akan mendorong pemerintah AS untuk melancarkan kampanye pergantian rezim dengan dalih demokrasi di Djibouti.
Referensi:
- theglobal-review.com
- com
- dailynews.co.zw