Ledakan terjadi di sekitar stasiun kereta api, Ankara sekitar pukul 10.00 waktu setempat, Sabtu 10 Oktober 2015. Dua bom kuat meledak saat sedang terjadinya aksi perdamaian oleh suatu kelompok untuk menuntut penyelesaian konflik antara separatis Kurdi, Parta Pekerja Turki (PKK), dan tentara pemerintah. Perkiraan korban dari ledakan tersebut sekitar 95 orang meninggal dan sebanyak 246 mengalami luka-luka. Ledakan di Ankara tersebut merupakan serangan besar serta mematikan dalam sejarah Turki sebagai negara diantara dua benua, Asia dan Eropa.
Berbeda dengan dr Huseyin Demirdezen, Kepala Dewan Turki Medical Association, menyatakan bahwa 68 meninggal setelah ledakan tersebut sedangkan 29 dari mereka terluka parah dan dikirim ke rumah sakit namun menghembuskan napasnya. Kemudian Korban ledakan kebanyakan para demonstran yang berunjuk rasa untuk menyelesaikan konflik tersebut antara Kurdi, PKK, dan pemerintah Turki. Seperti dikabarkan oleh BBC, Sabtu, 10 Oktober 2015, rekaman gambar TV memperlihatkan kepanikan dan orang-orang bergelimpangan di jalan berlumuran darah, di antara papan-papan protes mereka. Ada sekitar 14.000 orang saat ledakan itu terjadi di kawasan tersebut.
Pemerintah sedang melakukan penyelidikan terhadap kejadian ledakan tersebut. Akibad ledakan di Ankara memunculkan respon dari negara lainnya, khususnya Rusia. Vladimir Putin mendesak pemrintahan Turki secara bersama-sama untuk memberantas terorisme bersamaan dengan ungkapan belasungkawanya kepada Turki. Desakan Putin diungkapkan setelah peristiwa ledakan bom di Ankara terjadi. Sebuah wawancara di TV Rossiya One¸Sabtu 10 Oktober 2015, seperti dilansir Xinhua, Putin menyatakan diperlukannya untuk menyatukan upaya dalam memerangi kejahatan teroris ini. Apa yagn terjadi di Turki tentu merupakan serangan tidak termaafkan, kejahatan teroris dengan banyak korban.
Rusia siap berkerjasama untuk memberantas teroris jika Turki menginginkannya. Masih menurutnya ledakan tersebut sebagai aksi provokasi untuk mengacaukan situasi di Turki. Pemerintah turki diwakili oleh Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu menyebutkan bahwa ledakan tersebut merupakan bom bunuh diri. Akan tetapi belum ada kelompok tertentu mengaku bertanggung jawab atas kejadian tersebut…. (THOMAS HOBBES)