Moskow – Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan berada di ambang kekalahan setelah sebagian besar senjata, kendaraan berat, dan perlengkapan perang mereka hancur akibat serangan udara Rusia.
Kelompok militan yang menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah itu dilaporkan menjadi sasaran serangan berkelanjutan Rusia sejak hampir tiga minggu lalu.
“Serangan udara di Suriah menyebabkan kehancuran besar senjata, kendaraan besar, dan perlengkapan perang ISIS. Kelompok itu mengaktifkan semua logistik mereka untuk mengangkut senjata dan minyak dari wilayah Raqqa,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Jenderal Igor Konashenkov.
Seperti dilansir Express pada 15 Oktober 2015, RT, stasiun televisi yang dibiayai pemerintah Rusia, mengklaim komunikasi ISIS yang disadap menunjukkan Panglima ISIS mengancam mundur, kecuali pasokan senjata tiba.
Minggu lalu, pejabat intelijen melaporkan, anggota ISIS panik dan melarikan diri dari medan tempur akibat pengeboman oleh pesawat Rusia.
“Mereka tidaklah seberani yang disangka. Mereka kini ingin menyelamatkan diri,” ucap sumber militer Rusia.
Para pejabat Rusia menuturkan 32 target ISIS lain di Provinsi Idlib, Hama, Damaskus, Aleppo dan Deir ez-Zor terkena bom dan hancur.
Pemimpin Barat, termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, mengklaim serangan Rusia di Suriah memperburuk situasi dan hanya untuk membantu menyelamatkan Presiden Bashar al-Assad.
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim Barat cemburu dengan kesuksesan negaranya.
“Mereka memerangi terorisme, tapi hasilnya tidak ada,” tutur Putin tentang kritik pemimpin Barat terhadap keterlibatan negaranya di Suriah.
Putin baru-baru ini dilaporkan bersiap mengirimkan 150 ribu tentara darat untuk menundukkan Raqqa, yang dicanangkan ISIS sebagai ibu kota negaranya.
Giliran Kapal Perang Rusia di Mediterania Siap Gempur ISIS
Kapal perang Rusia yang beroperasi di Mediterania dapat digunakan untuk menggempur basis-basis ISIS di Suriah. Demikian disampaikan Kepala Staf Direktorat Operasi Rusia, Kolonel Jenderal Andrei Kartapolov, Jumat (16/10/2015).
”Kelompok kami di Mediterania telah memasok bahan (amunisi). Untuk bertindak, sekelompok kapal pembuluh serangan juga dikerahkan di sana. Selain itu, kelompok ini menjamin basis pertahanan udara kami,” katanya, seperti dikutip Sputnik.
Kartapolov tidak mengesampingkan pembentukan sebuah pangkalan militer di Suriah yang terdiri dari angkatan laut, udara, dan komponen pasukan darat.
Rusia mulai serangan udara yang menggunakan sejumlah pesawat jet tempur terhadap basis-basis kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sejak 30 September 2015 menyusul permintaan dari Pemerintah Suriah. Serangan udara Rusia diklaim mencapai target yang dipilih berdasarkan data intelijen yang dikumpulkan oleh Rusia, Suriah, Irak dan Iran.
Setelah serangan dengan pesawat-pesawat jet tempur, Rusia juga menyerang basis-basis ISIS dengan empat kapal perang dari Laut Kaspia. Setidaknya 26 rudal jelajah ditembakkan dari Laut Kaspia melewati wilayah udara Irak dan Iran sebelum akhirnya mengenai target di Suriah. Amerika Serikat (AS) menuduh empat rudal jelajah Rusia di antaranya jatuh di Iran, namun tuduhan itu dibantah Kremlin dan Iran.
Tempo.co dan Sindonews.com