Akhirnya keluarga yang terpisah akibat Perang Korea bertemu kembali. Lebih dari 500 orang hanyut dalam suasana bahagia dan haru. Peluk, canda tawa, dan tangis haru mewarnai reuni kelompok pertama, Selasa 20 Oktober 2015 di Kumgang, Korea Utara.
Sejumlah 389 warga Korea Selatan (Korsel) dan 141 warga Korea Utara (Korut) saling berpelukan dan menangis saat bertemu sanak saudara mereka. Kebanyakan dari mereka adalah yang berusia lebih dari 70 tahun.
Reuni keluarga korban Perang Korea jarang dilakukan karena tergantung pada hubungan di antara kedua negara. Terakhir kali reuni diadakan adalah Februari 2014. Tidak semua korban perang dapat berpartisipasi karena harus melalui serangkaian seleksi.
Seperti dilaporkan oleh Korea Times, Rabu (21/10/2015), terdapat satu pasangan suami-istri yang terpisah selama 50 tahun akibat Perang Korea. Lee Soon-kyu harus terpisah dengan suaminya, Oh In-se yang harus mengikuti pelatihan militer. Oh pada akhirnya harus menetap di Korut setelah kedua negara yang berseteru setuju untuk melakukan gencatan senjata pada 1953.
Banyak keluarga yang harus terpisah dengan ayah, ibu, anak, dan saudara kandung mereka akibat perang yang berlangsung selama tiga tahun itu. Reuni kali ini adalah yang ke-20 kalinya setelah pertama kali diadakan pada Juni 2000.
Beberapa peserta lain tak memedulikan kondisi kesehatan mereka. Walau harus ditopang dengan alat bantu pernapasan, duduk di kursi roda, dan menahan rasa sakit akibat usia, warga-warga yang terpilih itu tetap bersemangat mengikuti reuni. Pasalnya, mereka tidak tahu kapan reuni seperti ini akan diadakan lagi dan bisa saja ini adalah reuni terakhir dalam hidup mereka.
Sekira 66 ribu orang korban Perang Korea masih hidup dan tinggal di Korsel. Setengah dari mereka sudah berumur di atas 80 tahun. Menteri Unifikasi Korsel Hong Yong-pyo mengaku akan berusaha keras mewujudkan impian para korban perang untuk bertemu sanak saudara mereka sesering mungkin.