Konflik Myanmar yakni adanya penindasan terhadap etnis Rohingya membuat kelompok tersebut mengungsi ke negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Sebagin besar mereka menggunakan kapal laut menuju negara-negara tetangga, seperti Indonesia, Kamboja, Thailand dan Malaysia. Akan tetapi justru mengalami penolakan dari beberapa negara tersebut guna menerima pengungsi Rohingya.
Penolakan itu berdampak pada banyaknya pengungsi Rohingya terombang-ambing di tengah laut dengan waktu cukup lama sampai ada suatu negara yang mau menerimanya. Organisasi HAM Amnesty International mengindikasikan terdapat ratusan bahkan mungkinmencapai ribuan para pengungsi telah tewas di tengah laut. Perkiraan itu diluar perkiraan PBB, yakni 370 orang
Seorang peneliti, bernama Anna Shea memiliki fokus pada masalah hak-hak pengungsi dan migran yang bekerja juga di Amnesty International di London. “Kekejaman yang dilakukan terhadap mereka oleh awak kapal sangat tidak terbayangkan, termasuk seorang anak yang sudah berbicara kepada saya bahwa ada yang dipukuli berkali-kali tiap harinya, kemudian ada juga seorang anak dilemparkan ke laut dibiarkannya sampai beberapa jam. Sehingga sebagian dari mereka ada yang selamat dan meninggal,” kata Anna Shea.
Sementara itu berbagai sumber salah satunya VOA bahwa sebanyak dua kapal kecil berserta ratusan orang sudah berhasil melakukan perjalanan ke Malaysia dari Chittagong di bangladesh dan dari Mungdaw Selatan di negara bagian Arakan, Myanmar. Walaupun belum ada konfirmasi pasti dari pemerintahan Malaysia mengenai para pengungsi ini.
Isu kemanusiaan di kawasan Asia Tenggara ini memunculkan berbagai respon akan dampak negatifnya. Isu tersebut berpotensi menghasilkan berbaagai penyelundupan manusia serta perdagangan manusia. Salah satunya muncul dari respon Thailand berusaha memberantas penyelundupan tersebut setelah menemukan kuburan massal di hutan dekat suatu tempat yang biasa dijadikan kamp sementara oleh orang yang akan diselundupkan nanti.
Pada akhir Mei lalu, sebanyak 17 negara sudah menghadiri pertemuan di Bangkok guna membahas isu kemanusiaan yang berdampak pada penyelundupan manusia serta perdagangan manusia dengan biaya murah. Namun pertemuan tersebut tidak menemukan suatu kesepakatan bersama meskipun Indonesia dan Malaysia konsisten untuk memberikan bantuan terhadap para pengungsi baik di negaranya maupun negara lain. (668)