Amerika, Inggris, Australia, Jepang, Korea Selatan dan Singapura kelak akan menggunakan kapal perang tipe LHD / LHA sebagai kapal induk mini. Negara-negara Sekutu AS tersebut akan mengandalkan pesawat F-35B sebagai kekuatan pemukul berbasis kapal induk ringan tersebut.
Sebuah pemikiran cerdas dan licik untuk menjadikan LHD/LHA mereka sebagai kekuatan pemukul dilautan.
Cerdas karena mereka memanfaatkan kapal operator helikopter yang kecil dan terbatas menjadi kapal induk taktis dengan kemampuan yang mobile dan merusak.
Licik karena mereka bisa bersembunyi dibalik sebutan “kapal operator helikopter” yang bersifat defensif tapi sebenarnya adalah sebuah kapal induk mini dengan kekuatan ofensif.
Namun semua itu akan sempurna bila pesawat siluman F-35B yang mereka andalkan dapat operasional tepat waktu dan tidak mengalami kendala teknis.
Pesawat tempur generasi kelima F-35 saat ini masih mengalami berbagai masalah teknis, kemunduran jadwal operasional bahkan kemampuan tempur yang masih diragukan.
Sebenarnya sebuah pesawat tempur tidak bisa berdiri sendiri dalam melaksanakan operasi tempurnya. Mereka harus terdiri dari beberapa elemen yang saling mendukung.
Kapal Induk Amerika misalnya, mereka memiliki F-14 atau F-18 sebagai pesawat serang supremasi udara dan pembom ringan, A-6 intruder sebaga pesawat serang kedalaman dan serangan darat, A-7 sebagai pesawat serang ringan, EA-6 dan EA-18G sebagai pesawat serangan elektronik dan S-3 sebagai pesawat pengisi bahan bakar ringan.
Ketika mereka memaksa F-35B (yang sering mengalami kendala teknis) sebagai pesawat berbasis kapal induk dengan beragam fungsi, maka mereka sudah membuat kesalahan yang fatal.