Jakarta – Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, tingginya harga barang di daerah-daerah pelosok lebih dikarenakan tidak adanya kepastian kedatangan kapal angkutan barang yang singgah di daerah-daerah terpencil. Melalui program tol laut, harga barang di daerah terpencil menjadi lebih pasti. Sebab, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menunjuk PT Pelni sebagai operator program tol laut.
“Kemenhub, bersama kemendag membuat aturan khusus angkutan barang dengan kapal yang terjadwal,” kata Jonan saat di Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Dengan menunjuk perusahaan pelayaran berjadwal, maka kepastian kedatangan barang pada pelabuhan-pelabuhan di wilayah terpencil akan semakin pasti. “Karena harga di daerah pelosok tinggi karena tidak mengetahui kapan kapal datang dan kapan kapal pergi,” tambahnya.
Bahkan, tingginya harga barang di daerah pelosok karena dihitung berdasarkan lamanya perjalanan, tingginya arus gelombang. Kementerian Perhubungan sendiri telah memberikan PSO kepada PT Pelni dalam menjalankan program tol laut. PSO tersebut sekitar Rp30 miliar untuk tiga kapal dan tiga trayek.
“Jadi nanti Pelni, ada barangnya atau tidak, dari timur ke barat Indonesia harus tetap berjalan, jadwalnya harus tetap,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Kementerian Perhubungan juga melakukan kerjasama dengan Kementerian Perdagangan untuk memastikan perjalanan angkutan barang berjadwal pada transportasi laut. “Dengan adanya feed liner ini diharapkan harga barang di timur tidak jauh berbeda dari wilayah produksi,” tutupnya.
Enam Kapal Tol Laut Harus Rampung Januari
Ignasius Jonan meminta kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk segera menandatangani kontrak enam kapal tol laut paling lambat Januari 2016.
Jonan mengatakan saat ini baru dioperasikan tiga kapal untuk tiga trayek karena keterbatasan waktu dan kontrak tiga kapal tersebut berakhir pada Desember 2015.
“Segera Ditjen Perhubungan Laut sediakan kapal lagi dan koordinasi antara kementerian agar enam kapal bisa beroperasi Januari, kalau bisa 12 kapal saya lebih senang,” katanya, Rabu (4/11).
Dengan tol laut merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yakni dengan mengurangi beban hidup melalui pengurangan disparitas harga antara wilayah Barat dan Timur. Untuk itu, Kementerian Perhubungan berinisiatif untuk membuat peraturan khusus tentang freight-liner, yakni angkutan barang dengan kapal berjadwal untuk memberikan kepastian kepada pengusaha, sehingga harga bisa lebih mudah ditentukan. Dengan demikian, disparitas harga si Wilayah Timur dan di wilayah produksi, yakni di Barat tidak terlalu tinggi.
“Seperti Bus Transjakarta yang jalan terus, meski ada penumpangnya atau tidak, ada barangnya atau tidak, tetap jalan tentunya ini memberikan kenyamanan kepada pengusaha,” katanya.
Direktur Utama PT Pelni Elfien Goentoro mengatakan pihaknya masih menunggu Kementerian Keuangan untuk mengucurkan dana penyertaan modal negara (PMN) tahun 2015 senilai Rp500 miliar untuk pembelian enam kapal tol laut.
“Kami masih menunggu, kalaupun belum diberi, kami akan bersinergi dengan perusahaan BUMN lainnya apakah bisa memberikan kapalnya untuk tol laut atau kalau tidak kami akan menyewa,” katanya.
Tol laut merupakan penyelenggaraan angkutan laut secara tetap dan teratur yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan hub disertai “feeder” (pengumpan) dan Sumatera hingga ke Papua dengan menggunakan kapal-kapal berukuran besar sehingga diperoleh manfaat ekonomisnya. Karena keterbatasan waktu, untuk pengoperasian pertama dengan tiga kapal dan tiga ruas trayek dengan nilai subsidi sebesar Rp30 miliar.
Tiga trayek tersebut di antaranya, Kode Trayek T-1 Tanjung Perak – Tual – Fak fak – Kaimana – Timika – Kaimana – Fak fak – Tual -Tg Perak (Doperasikan oleh KM. Caraka Jaya Niaga III – 32.
Kode Trayek T – 4 : Tg. Priok – Biak – Serui – Nabire -Wasior – Manokwari – Wasior- Nabire – Serui – Blak – Tg Priok Dioperasikan oleh KM. Caraka Jaya Niaga Ill – 22).
Kode Trayek T -6 : Tg. Priok – Kijang – Natuna – Kijang – Tg Priok. (Dioperasikan oleh KM. Caraka Jaya Niaga III – 4).
Kompas dan Republika.co.id