Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

The Last Man Standing : Bashar al-Assad

Lihatlah peta di atas. Entah apa jadinya Suriah, jika Pasukan Rusia yang diperintahkan Vladmir Putin tidak membantu sekutu tuanya ini.

Jika Suriah dibiarkan sendiri dikeroyok oleh berbagai kelompok yang nota bene proxy / kaki tangan negara lain, mungkin dalam hitungan bulan ke depan, pemerintahan Bashar al-Assad akan terguling. Apa lagi semakin ke sini, persenjataan pemberontak semakin modern. Dengan datangnya pasukan Rusia, pemerintah dan militer Suriah bisa menahan serangan dari para pemberontak.

Bahkan, pasukan pemerintah Suriah telah membuat keuntungan teritorial 0,4% sejak awal serangan udara Rusia. Wilayah yang dikuasai oleh pemerintah tumbuh sekitar 120 km2.

Tentara Suriah, yang didukung oleh serangan udara Rusia dan berbagai milisi Syiah di bawah komando IRGC, membuat keuntungan bersih sekitar 240 km2 terhadap faksi pemberontak Sunni, tapi menderita kerugian 120 km2 dari ISIS pada periode dari 29 September – 16 November 2015.

Meskipun pemerintah telah membuat keuntungan dengan mendapatkan wilayah selatan kota Aleppo, dan berhasil mematahkan pengepungan ISIS di Rasin al-Aboud Airbase, tapi mereka mengalami kemunduran dari pemberontak Sunni di garis depan kota Hama, dan jalan raya penting penghubung antara Damaskus dan Homs telah di bawah ancaman dari kemajuan pergerakan pemberontak ISIS dalam beberapa pekan terakhir.

Presiden Suriah, Bashar al Assad
The Last Man Standing : Bashar al-Assad 1

Penurunan tajam kontrol teritorial oleh pemerintah Suriah antara Oktober 2014 dan September 2015, diduga faktor yang mempengaruhi keputusan Rusia untuk campur tangan secara militer dalam konflik Suriah.

Setelah Rusia bergabung pada bulan Oktober 2015, maka trend nya berbalik. Dukungan udara Rusia memberikan momentum baru untuk Angkatan Darat Suriah. Namun, data awal November menunjukkan bahwa kinerja pemerintah masih terlihat datar.

Pada tanggal 17 November, televisi pemerintah Rusia menunjukkan peta saat briefing di markas Kementerian Pertahanan, yang menunjukkan baterai artileri Rusia yang dikerahkan di dekat kota Sadad, sekitar 50km selatan-timur dari Provinsi Homs. Sadad adalah sisa kota terakhir yang dikuasai pemerintah dari ISIS, yang membuat keuntungan signifikan di provinsi Homs dalam beberapa pekan terakhir, sekaligus membuka jalur jalan tol (highway), untuk suplai dan logistik pasukan.

Kini serangan Rusia semakin gencar menghantam posisi ISIS, setelah pesawat komersial Rusia Metrojet, diledakkan ISIS di Sinai Mesir. Selan mengerahkan long range bomber dan bomber strategis, Rusia juga menembakkan rudal rudal jelajah dari Laut Kaspia, Rusia, untuk menghantam posisi ISIS. Kemana arah perang ini, belum bisa ditebak dan menarik untuk dicermati.

Sumber : IHS Jane

Share:

Penulis: