Jakarta – Menko Polhukam Luhut Pandjaitan mengunjungi PT DI di Bandung, Jawa Barat dan langsung melapor ke Presiden Joko Widodo mengenai spesifikasi helikopter EC 725 Super Cougar yang dinilai layak untuk VVIP.
“Saya lihat PT DI, kemudian Presiden perintahkan ada audit industri strategis supaya bagus,” kata Luhut di Istana Negara, Jakarta, Jumat (4/12/2015).
Saat ini sudah ada 6 unit Super Cougar untuk dikirimkan ke TNI AU secara bertahap hingga tahun depan. Tetapi memang belum dipastikan apakah akan dijadikan helikopter kepresidenan atau tidak.
“Ya nanti apakah itu mau di-convert jadi VVIP tergantung nanti keinginan Presiden. Kalau misalnya di-convert jadi pesawat VVIP nanti disuruh audit dulu dari aspek teknis dari Airbus,” ujar Luhut.
Helikopter Super Cougar memang dirakit PT DI, tetapi mesinnya menggunakan produksi dari Airbus (Prancis), sehingga harus ada proses pengujian.
Sebelumnya TNI AU akan membeli helikopter Agusta Westland AW-101 buatan Italia dan Inggris, tetapi kemudian Presiden Jokowi menolak jika helikopter itu digunakan untuk VVIP.
“Masing-masing ada plus minusnya itu (antara AW-101 dengan Super Cougar). Intinya Presiden inginnya buatan dalam negeri,” ujar Luhut.
Helikopter EC725 Cougar memiliki dua mesin turbomeca Makila 2A1 yang dapat menghemat biaya perawatan dan konsumsi bahan bakar. Helikopter itu termasuk jenis antipeluru.
Helikopter EC725 Cougar (versi militer) seharga 35 juta Euro atau senilai Rp 520 miliar/unit ini sudah digunakan sekitar 30 kepala negara di dunia antara lain Mexico, Brazil, Nepal, Kamerun, Singapura, Korea Selatan, Perancis, Chili, Oman, Spanyol, Jepang dan Uni Emirat Arab. Ketangguhan helikopter ini telah terbukti dalam pertempuran di Lebanon, Chad, Afganistan, Mali dan Libya.
Detik.com