Kelompok ISIS di Irak dan Suriah dilaporkan menggunakan senjata senjata asal inggris yang dikirim ke Timur Tengah.
Organisasi HAM, Amnesty International, menyatakan senapan serbu dan senjata kecil yang digunakan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) saat ini kemungkinan berasal dari Inggris yang dikirim ke Irak saat invasi tahun 2003. Setelah invasi berakhir, senjata-senjata Inggris itu diduga jatuh ke tangan ISIS.
Amnesty dalam analisisnya mengatakan, para pakar telah meneliti ribuan video dan gambar, termasuk gudang senjata ISIS yang berisi senjata dan amunisi yang dirancang atau diproduksi di lebih dari 25 negara. Di antaranya AS, Austria, Rusiam China hingga Belgia.
”Puluhan senjata mengalir bebas ke Irak dan ketika ISIS mengambil alih wilayah ini, mereka seperti anak-anak di toko permen. Fakta bahwa negara termasuk Inggris tidak sengaja mempersenjatai ISIS,” kata seorang direktur program senjata Amnesty International, Oliver Sprague, seperti dikutip Independent, Selasa (8/12/2015).
”Risiko harus diperhitungkan jauh lebih hati-hati, dan kita tidak harus menunggu skenario kasus terburuk yang terjadi sebelum bertindak untuk mencegah penjualan senjata yang bisa menyulut kekejaman,” lanjut Sprague.
Menurut laporan Amnesty, banyak dari senjata yang digunakan oleh ISIS merupakan senjata yang relatif modern. Sebagian besar senjata mereka diproduksi seperempat abad yang lalu.
Pemerintah Inggris melalui seorang juru bicara meyakinkan bahwa pengiriman senjata ke Irak dilakukan secara bertanggung jawab dan dalam kontrol yang ketat. Menurutnya, jatuhnya senjata-senjata itu ke ISIS karena kebijakan keamanan di Irak dan Suriah yang permisif. Selain itu, senjata ISIS bisa saja diperoleh dari pasar gelap.
Diketahui, Kelompok ISIS memiliki sejumlah alat utama sistem persenjataan atau alutsista militer yang canggih, untuk memperkuat pertahanan dan memperluas wilayah kekuasaan mereka. Meski baru terbentuk pada 2003 dan muncul di Suriah pada 2013, kekuasaan ISIS telah mencapai wilayah yang hampir seluas Inggris.