Patroli Yonif 644/Walet Sakti di hutan perbatasan Indonesia-Malaysia di Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat, Selasa (8/12/2015). Kalau melihat gambar di atas, bias jadi patrol ini bersifat pulang hari, karena tidak semua membawa ransel. Dengan tidak semua membawa ransel, pergerakan mereka menjadi lebih cepat dan diduga medan yang dilalui cukup berat.
Dari regu yang patrol ini ada dua yang membawa ransel. Prajurit yang membawa ransel di belakang, diperkirakan pembawa radio untuk berkomunikasi ke markas. Sementara tentara pembawa ransel nomer dua terdepan (pembawa bendera) membawa logistik pasukan, seperti makanan sekedarnya, minuman, dan amunisi cadangan. Tentara terdepan adalah pembuka jalan. Biasanya dia akan mengambil posisi maju lebih depan dari rombongan pasukan. Tujuannya, jika ada penyergapan, tidak semua pasukan terkena serangan. Komandan regu berada di tengah di depan pembawa radio.
Tidak ada anggota pasukan yang membawa senjata mesin, karena dianggap medan yang dilalui, tidak memiliki ancaman musuh yang serius.
Bisa jadi regu yang berjumlah 7 orang ini, awalnya berjumlah satu peleton. Diperjalanan dipecah untuk patrol kesejumlah titik yang telah ditentukan.
Saat foto ini diambil pasukan ini sedang dalam kondisi fit. Mereka tidak sedang kecapaian, karena seragam dan penampilan mereka tampak rapih. Fotografer juga mengambil posisi bidikan kamera dari angle-angle yang sulit. Kalau dia sudah kecapaian, kemungkinan, akan mengambil angle photo, seadanya.
Itulah tafsir saya dari photo prajurit TNI patrol di perbatasan, di atas. Tentu bias saja meleset. Ada yang mau ikut menafsirkan ?. Salam
Foto : pr1v4t33r – Defence.pk