Perbedaan jenis kelamin tidak menjadi penghalang bagi sekelompok wanita Kurdi yang ikut angkat senjata untuk mempertahankan kaum Kurdi dari berbagai serangan. Hal ini membuat sirna anggapan yang selama ini cenderung memperlemah kaum wanita.
Di suatu kawasan yang kering dan terasing di sepanjang perbatasan Suriah bagian timur laut, ribuan wanita muda Kurdi bergabung ke barisan pasukan untuk melindungi kaum mereka dari serangan pasukan pemerintah Bashar Assad, militan ISIS, dan militan Front Al Nusra yang disebut terkait dengan Al Qaeda.
Dilansir  laporan wartawan foto Erin Trieb yang disajikanNBC News, Jumat(12/9/2014), ada sekitar 7.000 tentara sukarelawan yang bergabung dengan Kesatuan Perlindungan Wanita (YPJ), yang muncul sebagai bagian dari perluasan perlawanan Kurdi. Kelompok ini ditengarai sangat dekat dengan PKK (Kurdistan Worker’s Party), suatu organisasi yang memperjuangkan hak-hak kaum Kurdi di negara tetangga di Turki dan telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Departemen Luar Negeri AS.
Sambil bahu-membahu dengan kekuatan Pershmerga Kurdi, YPJ telah memerangi kelompok-kelompok militan Islam yang telah mencaplok wilayah yang luas di Irak dan Suriah dan melakukan deklarasi “khalifah lintas batas”.