Selama ini rekan kita yang terhormat @mbah Bowo, begitu takut dengan bom JDAM (Joint Dirrect Attack Munition) milik Australia. Lalu apakah bom JDAM itu sebenarnya? Apakah itu bom jatuh biasa atau bom cerdas yang setara dengan rudal cerdas lainnya?
Bom JDAM sebenarnya hanyalah bom jatuh biasa dan mengandalkan gaya grafitasi bumi sebagai daya dorongnya. Hanya yang membedakan dengan bom jatuh biasa, JDAM dilengkapi pengendali sasaran sistem inersia dan GPS receiver.
Receiver GPS pada bom JDAM berfungsi menerima sinyal GPS dari satelit yang menghitung dan melacak posisi target. Sedangkan sistem inersia berfungsi memonitor pergerakan jalur bom dari posisi peluncuran hingga menuju targetnya.
Sistem komputer dengan sistem bimbingannya (GPS maupun inersia) terletak dibelakang dan berfungsi menggerakkan sirip dan mengarahkan bom menuju sasarannya, bahkan diklaim bom JDAM memiiki tingkat kesalahan akurasi hanya 1-1,5 meter dari target.
Lalu dengan apakah Indonesia akan menangkal serangan bom JDAM?. Karena bom JDAM bukanlah rudal jelajah jarak jauh, maka bukan S-300 ataupun S-400 yang harus menghadangnya, justru S-300 berfungsi untuk merontokkan pesawat tempur yang menggotong bom JDAM. Bom JDAM bisa dihadang dengan sistem pertahanan udara menengah dan dekat, dan karena Indonesia belum memiliki sistem pertahanan udara menengah maka pertahanan jarak dekatlah yang akan menghadang bom cerdas dan murah ini.
Indonesia saat ini sudah memiliki sistem pertahanan udara jarak dekat yang canggih, yakni Oerlikon Skyshield. Menurut Penulis, inilah sistem pertahanan udara yang mampu menahan serangan bom JDAM. Dengan perisai amunisis AHEAD (Advanced Hit Efficiency and Destruction), Skyshield mampu melindungi pangkalan maupun gedung-gedung penting dari serangan bom JDAM.
Memang jumlah Oerlikon Skyshield masih terbatas, dan tugas kementerian Pertahanan lah yang harus menyadiakan Oerlikon Skyshield dan sistem pertahanan udara menengah maupun jauh untuk mampu menangkal serangan udara dari pihak musuh.