Kairo – Keputusan Mesir membeli 24 jet tempur Rafale dari Prancis membuktikan tekad Mesir untuk memperluas sumber senjata, sekaligus mengurangi ketergantungan pada AS.
Penjualan senilai 5,9 miliar dolar AS (lebih dari 59 triliun rupiah) adalah penjualan pertama jet Rafale ke negara asing.
Rafale MesirAbdel Fattah Al Sisi yng menggulingkan Presiden Muhamed Morsi, menyebabkan ribuan orang dipenjara dan ratusan lainnya dihukum mati, sementara partai Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood) pimpinan Morsi dicap sebagai organisasi teroris dan dibubarkan.
Represi dengan cara brutal terhadap pengikut Morsi membuat Washington membekukan sebagian bantuan ke Kairo sejak Oktober 2013 dan meminta pemerintahan Mesir yang baru melakukan reformasi demokrasi.
Rafale MesirEmbargo senjata yang dilakukan AS, membuat pemerintah Mesir yang baru, saat itu, mencari alternatif pengadaan senjata.
“Kontrak dengan Perancis merupakan pesan secara implisit bagi AS bahwa Mesir tidak lagi tergantung sepenuhnya dalam pasukan senjata dari AS,” kata pensiunan Jendral Mesir Mohammed Mujahid al-Zayyat.
“Mesir tidak mau lagi diperas dalam berhubungan dengan AS,” kata Zayyat, pengamat dari Pusat Studi Timur Tengah di Kairo.
Mesir menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1979, tapi keduanya tetap tegang akibat politik Israel terhadap Palestina.
Rafale MesirMesir sedang sibuk memerangi kelompok Islam militan di Semenanjung Sinai dan juga khawatir dengan kekacauan yang terjadi di Suriah.
“Mesir tetap akan membeli senjata dari AS, tapi juga membeli dari Prancis, Rusia, dan sudah dijelaskan selama kunjungan Putin di Kairo,” kata Mathieu Guidere, pengamat masalah Arab.
Skadron Rafale MesirKebijakan baru Mesir ini, membuat posisi mereka dalam hal militer, semakin baik.
Antara