Dua pesawat F-15E AS melakukan serangan udara di barat laut Libya, Jumat pagi 19/2/2016 yang menghancurkan yang disebut Pentagon sebuah kamp pelatihan ISIS untuk beberapa lusin pejuang asing dan operasi teroris senior, kata para pejabat AS.
“Kami dilenyapkan kamp,” kata seorang pejabat AS. “Kami masih menilai korban pada saat ini, tapi kita memukul apa yang kita tujukan.”
“Kami merasa yakin bahwa ini adalah serangan sukses,” ujar juru bicara Pentagon, Peter Cook, kepada wartawan. “Ini pejuang tertentu yang menimbulkan ancaman bagi kepentingan di kawasan itu, terhadap Libya, dan juga Amerika Serikat secara keseluruhan.”
Serangan pra fajar, diluncurkan dari Lakenheath Air Base di Inggris, muncul setelah seminggu tekanan dari Gedung Putih untuk menyerang jejak ISIS yang tumbuh di Libya yang kaya minyak, negara kaya minyak yang dimasuki ISIS selain Suriah dan Irak.
Pakar keamanan nasional AS memperingatkan bahwa basis perlindungan ISIS di Libya bisa memberikan kelompok ekstremis lain batu loncatan untuk serangan teroris di Eropa dan Afrika Utara.
Drone dan satelit mata-mata AS telah menghabiskan waktu seminggu berfokus pada wilayah berdinding di luar kota pesisir Sabratha, sekitar 50 mil sebelah barat dari Tripoli, kata pejabat lain. Dari gambar udara, ditambah dengan kecerdasan lainnya, militan ISIS sedang mempersiapkan peluncuran serangan lintas-perbatasan.
Pemerintah Daerah Sabratha Municipal Council, dalam situsnya mengtakan bahwa setidaknya 41 orang tewas dalam pemboman itu, banyak diantara mereka sedang tidur. Tempat persembunyian itu disewa oleh warga non Libya, termasuk Tunisia. Senapan mesin dan peluncur granat roket ditemukan di reruntuhan, kata situs web.
Pentagon mengatakan serangan khusus ditargetkan terhadap Noureddine Chouchane, seorang veteran operasi ISIS yang diduga memainkan peran kunci dalam serangan teroris tahun lalu di negara tetangga Tunisia. Pertama, pada bulan Maret, menewaskan 23 orang di Museum Bardo Nasional di Tunis, dan satu lagi di Juni menewaskan 38 di sebuah resor pantai di Sousse.
Chouchane, yang berasal dari Tunisia, juga bertanggung jawab terhadap pemindahan pejuang asing dari Tunisia ke Libya, menurut Pentagon.
LAtimes.com