Pentagon mendapatkan rasa malu terkait Program JLENS nya, ketika salah satu balon surveillance senilai 1 miliar dolar Amerika Serikat pecah di Maryland pada bulan Oktober 2015 lalu. Bahkan, satu laporan terbaru telah mengungkapkan lebih banyak berita buruk, yaitu balon udara radar mahal tidak efektif.
Joint Land Attack Cruise Missile Defense Elevated Netted Sensor System (JLENS) senilai 2,7 miliar dolar Amerika Serikat dimaksudkan untuk melacak dan memonitor rudal jelajah yang masuk ataupun pesawat yang terbang rendah di sepanjang pantai timur Amerika. Terdiri dari dua balon udara besar, JLENS bergantung pada peralatan radar onboard canggih.
Akan tetapi, tes yang dilakukan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat mengungkapkan bahwa balon udara tidak mungkin efektif untuk mengidentifikasi potensi ancaman udara.
Kesalahan tersebut terjadi karena perangkat lunak yang rusak dan bisa mengakibatkan beberapa target radar prioritas tinggi tidak diproses dan dilacak.
Secara khusus, sistem radar memiliki waktu sulit untuk mengidentifikasi pesawat yang ramah dari benda-benda di udara, terutama ketika menganalisis beberapa objek sekaligus. Tentu saja, perangkat keras balon udara juga menderita kesalahan, terutama sistem mooring-nya.
Oktober lalu, balon tunggal yang mewakili satu-setengah program JLENS melepaskan diri dari mooring di Maryland, dan sepasang jet tempur F-16 dikirim untuk melakukan pengejaran. Balon udara tersebut akhirnya hancur sendiri setelah menetap di dekat satu sekolah di Pennsylvania, tapi bukan tanpa merobohkan tiang listrik untuk sekitar 21.000 orang.
Program mahal itu menghadapi kritik keras, bahkan sebelum insiden Oktober 2015. Namun, keberadaannya terus menerus ada karena lobi yang sangat menguntungkan bagi entitas yang terlibat dalam pengembangan dan pembuatan produk tersebut.
Kontribusi politik Raytheon, produsen balon udara, juga memainkan peran. Sejak tahun 1999, perusahaan itu telah menyumbangkan 1,6 juta dolar Amerika Serikat melalui komite dan kontribusi karyawan untuk berbagai kampanye Kongres.
Kondisi itu menjadi realitas politik yang membuatnya tidak mungkin dibatalkan. Laporan terbaru pun tidak akan memiliki efek pada program JLENS yang mahal dan mudah rusak.
Sputnik News