Kemampuan Indonesia mempertahankan diri dari serangan asing tak lepas dari kemampuan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) yang dimilikinya. Ironis, dengan wilayah kedaulatan yang begitu luas, Indonesia masih dapat dikatakan kekurangan sistem Alutsista yang mendukung. Misalnya saja Alutsista milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang mendesak untuk diremajakan. Saat ini, dari seluruh alutsista yang ada, baru 70% yang sudah diperbarui, sisanya masih merupakan Alutsista lama yang sudah cukup tua umur penggunaannya.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Marsma Dwi Badarmanto mengatakan, “kesiapan kita masih kecil, masih sekitar dibawah 70%. Idealnya kan kita punya 80-90%.”
Lebih lanjut, Marsma Dwi menjelaskan bahwa beberapa Alutsista yang mendesak untuk diperbarui antara lain pesawat angkut, pesawat latih, heli dan persenjataan lainnya. Saat ini, TNI AU masih rutin menggunakan alutsista lama, namun untuk keperluan terbatas, jelas Marsma Dwi.
“Sebetulnya banyak yang harus kita upgrade, pesawat C130 harus diupgrade kan itu buatan lama. Kemudian pesawat latih, pesawat heli. Jadi banyak sih yang harus kita upgrade. Termasuk Hercules juga perlu dipikirkan penggantinya apa,” kata Marsma Dwi.
Adapun untuk alutsista terbaru yang dimiliki oleh TNI AU adalah hadirnya empat unit pesawat Super Tucano buatan Brazil yang datang beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, TNI AU juga telah menerima kedatangan pesawat Hercules C 130 dari Australia.
Indonesia juga direncanakan akan segera memiliki sepuluh pesawat tempur baru jenis Sukhoi. Pesawat tempur buatan Rusia itu akan mengganti pesawat tempur F5 yang saat ini masih beroperasi.
Sindo News