Pasukan khusus Navy SEAL kekurangan senjata saat bertempur, padahal pasukan yang sangat terlatih ini sangat mengandalkan peralatan dan persenjataan modern saat melakukan operasi kontra terorisme dan misi rahasia lainnya.
Setelah melakukan sebuah misi tempur, anggota SEAL harus menyerahkan senapannya untuk digunakan pasukan komando lain yang dikirim bertugas keluar, ungkap Hunter, seorang mantan marinir yang pernah tiga kali melakukan misi tempur di Irak dan Afghanistan.
Berbagi senapan biasa mungkin tampak tidak penting, tapi berbagi senjata modern, yang dilengkapi dengan perangkat pembidik teleskopik dan laser pointer, yang sudah disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing pemiliknya jelas sangat mengganggu bagi anggota SEAL.
“Mereka ingin senapan mereka,” kata Hunter. “Ini garis hidup mereka. Jadi biarkan mereka menjaga senjata mereka sampai mereka kembali ditugaskan oleh Pentagon.”
Anggota SEAL juga mengeluhkan kekurangan amunisi untuk berlatih, amunisi-amunisi sebagian besar disimpan dan hanya digunakan untuk misi tempur.
Hunter juga menerima laporan Departemen juga lambat untuk menyelesaikan klaim perjalanan dinas anggota SEAL karena sebagian kekurangan biaya. Dikhawatirkan hal ini dapat menyebabkan masalah pribadi dan profesionalitas tim SEAL, yang memegang izin keamanan tingkat tinggi.
Anggota SEAL yang memegang kartu tagihan perjalanan dari pemerintah pada akhirnya harus bertanggung jawab karena keterlambatan pembayaran tagihan, bunga dan saldo pada kartu.
Jadi jika pemerintah gagal untuk segera memproses voucher (pembayaran tagihan), anggota SEAL mungkin harus membayar dari uang sakunya sendiri atau menghadapi keterlambatan tagihan. Keterlambatan pembayaran tagihan bisa diteruskan ke lembaga kredit, dan itu bisa mengakibatkan anggota SEAL dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk memegang kepemilikian kartu tagihan lagi.
CBSNews