Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Ancaman Perang Proksi di Indonesia

Berbagai konflik sosial yang terjadi di tanah air tidak terlepas dari campur tangan asing. Sebagaimana dikatakan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa pihak asing tersebut memanfaatkan orang dalam untuk direkayasa dan dibentuk opini sehingga timbul kebencian, ketagihan bertengkar, dan saling tuduh.

Berbagai cara dilakukan untuk memecah Indonesia. Model perang terbaru adalah proxy war atau perang proksi. Perang proksi terjadi ketika lawan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Perang ini menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh.

Fenomena perang proksi saat ini, terutama disebabkan karena perebutan sumber daya alam. Pasalnya, jumlah penduduk dunia terus bertambah, sementara bumi yang dihuni tidak bertambah. Dengan adanya penambahan jumlah penduduk tersebut, kebutuhan energi, pangan, dan air akan semakin meningkat.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang diwakili oleh Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI Mayjen TNI Wiyarto, S.Sos. dalam ceramahnya dengan judul “Memantapkan Peran TNI Dalam Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Guna Mendukung Stabilitas Keamanan Nasional”, dihadapan 1.500 peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tahun 2016, bertempat di Hotel Bidakara, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 71-73, Jakarta Selatan, Senin (7/3). (Istimewa)
Ancaman Perang Proksi di Indonesia 1

Jenderal Gatot menjelaskan bahwa ancaman nyata bangsa Indonesia kedepan adalah berubahnya latar belakang dan lokasi konflik, dari perang yang 70 persen berlatar belakang energi di wilayah Timur Tengah berubah menjadi perang berlatar belakang pangan, energi dan air yang lokasinya di wilayah equator. Salah satunya adalah Indonesia.

Jenderal Gatot meminta seluruh lapisan masyarakat agar berhati-hati supaya tidak dimanfaatkan pihak asing untuk melahirkan konflik dalam masyarakat. Ia menjelaskan bahwa pihak asing tidak suka Indonesia bersatu, maju dan menjadi negara yang besar.

Jenderal Gatot pun berpesan, sebaiknya dalam menyelesaikan setiap masalah melalui pendekatan antropologi budaya serta soft power dengan melibatkan semua unsur masyarakat yang terdiri dari tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

berita satu dan kriminalitas.com

Share:

Facebook
Twitter
WhatsApp

Penulis: