Pekan lalu, laporan media setempat menegaskan bahwa anggaran pertahanan Brunei akan mengalami peningkatan sekitar 4,7 persen menjadi 408 juta dolar Amerika Serikat untuk tahun fiskal 2016-2017. Meskipun kenaikan itu kecil, angka tersebut masih menunjukkan bahwa sebagai negara yang kaya akan minyak di Asia Tenggara, Brunei berusaha mendanai kebutuhan pertahanan di tengah kesulitan ekonomi.
Tahun lalu, belanja pertahanan Brunei mengalami pemotongan lebih dari 25 persen dibandingkan anggaran tahun 2014-2015. Brunei merupakan negara yang sangat tergantung pada sektor energi, dengan minyak dan gas menyumbang sekitar 70 persen dari PDB negara. Dengan harga energi yang menurun, perekonomian negara cukup menderita, dan anggaran pertahanan hanya bisa stabil dalam angka sekitar 2,5 persen dari PDB.
Abdul Rahman Ibrahim, menteri keuangan kedua di kantor Perdana Menteri, mengakui bahwa meskipun peningkatan anggaran begitu kecil, kementerian akan mengadopsi beberapa langkah-langkah penghematan. Beberapa proyek yang direncanakan sudah ditunda atau dibatalkan, serta beberapa layanan mungkin dijadikan outsourcing untuk meningkatkan efisiensi di masa depan.
Peningkatan anggaran pertahanan Brunei tahun ini menjadi perjuangan besar untuk terus membiayai kebutuhan pertahanan di tengah kondisi ekonomi yang menderita.
The Diplomat