Tiongkok kini menjadi salah satu pengekspor senjata terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat dan Rusia. Negara itu tengah mengejar peluang di pasar global.
Surat kabar Tiongkok The PeopleÃs Daily, baru-baru ini menerbitkan satu artikel tentang kemungkinan para pembeli senjata buatan Tiongkok, terutama jet tempur FC-20 terbaru. Dalam artikel itu dijelaskan bahwa para negara calon pembeli merupakan mereka yang tidak memiliki hubungan militer dengan Barat. Negara-negara itu berada di Asia, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Selatan.
Di saat bersamaan, Amerika Serikat menganggap ekspor senjata sebagai “indikator diplomatik” yang membedakan antara teman dan musuh. Padahal, Tiongkok bebas dari prasangka politik dalam perdagangan senjata.
Among the weapons unveiled for the first time in China’s latest display of military might was an anti-ship ballistic missile – the Dongfeng-21D (above) – which is reportedly capable of destroying an aircraft carrier with one hit. (REUTERS)
Tingginya permintaan senjata buatan Tiongkok bukan hanya karena harganya yang murah, tetapi juga berkualitas tinggi, mirip dengan yang diproduksi di Barat. Misalnya saja jet tempur J-15 yang menjadi salinan pesawat Su-33 buatan Rusia, serta J-31 yang didasarkan F-35B buatan Amerika Serikat. Industri pertahanan Tiongkok telah menyalin berbagai jenis perangkat keras militer, termasuk tank, artileri, dan kendaraan tempur lainnya.
Beijing tidak peduli pihak mana yang memegang pasar Tiongkok saat ini. Pemerintah Tiongkok telah mengumumkan dua inisiatif utama dalam hal itu.
Pertama, industri pertahanan Tiongkok akan bersifat pribadi, dalam artian industri secara ketat dikontrol oleh pemerintah dan setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50 karyawan diawasi oleh seorang pejabat partai.
Kedua, Tiongkok membuat sebuah lembaga riset pertahanan yang akan mengawasi industri pertahanan. Lembaga itu akan menjalankan program penelitian, mempromosikan inovasi dan mengintegrasikan industri dengan Angkatan Bersenjata Tiongkok.
AVIC Yilong military drone.
Saat ini, ada sekitar 1.000 perusahaan pertahanan swasta yang beroperasi di Tiongkok. Mereka dikendalikan oleh State Administration for Science, Technology and Industry for National Defense (SASTIND). Tahun ini, SASTIND akan mengintensifkan upaya untuk membangun senjata Tiongkok dan mengembangkan industri pertahanan berorientasi ekspor.
Sputnik News