Pemerintahan di Moskow telah mengajukan data terkait penjualan senjata ilegal dan pasokan peralatan militer dari Turki kepada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Data itu diberikan ke Dewan Keamanan PBB oleh utusan Rusia di PBB, Vitaly Churkin.
“Pemasok utama senjata dan peralatan militer ke kelompok ISIS adalah Turki, yang melakukannya melalui organisasi non-pemerintah. Pekerjaan itu diawasi oleh Organisasi Intelijen Nasional Turki,” tulis Churkin.
Menurut Churkin, pengiriman itu disusupkan dalam konvoi kendaraan yang membawa bantuan kemanusiaan ke Suriah. Ia juga menjelaskan bahwa beberapa LSM didanai dari sumber-sumber Turki untuk mengirim kargo yang berisi peralatan militer ke Suriah. Pengiriman dilakukan melalui berbagai pos pemeriksaan di perbatasan Turki-Suriah serta saluran air, terutama sungai Eufrat.
Beberapa bulan terakhir, persenjataan yang diterima oleh ISIS meliputi rudal anti-tank TOW, peluncur granat RPG-7, senapan recoilless M-60, dan granat tangan, serta berbagai amunisi dan alat komunikasi.
Menurut Churkin, kelompok ISIS yang beroperasi di Suriah telah menerima bahan peledak senilai 1,9 juta dolar AS, atau sekitar Rp 25 miliar, dari Turki pada tahun lalu.
Pada akhir tahun 2015, militer Rusia telah merilis bukti gambar satelit pergerakan truk tanker minyak dari wilayah yang dikuasai oleh ISIS di Suriah ke Turki.
RT