Puluhan orang tewas dalam baku tembak antara tentara Azerbaijan dan Armenia di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Tak hanya dari kalangan militer, korban pun berasal dari masyarakat sipil.
Menurut pemerintah Armenia, 18 tentara etnik Armenia tewas dan 35 orang lainnya terluka dalam baku tembak itu. Sedangkan di sisi Azerbaijan, 12 tentaranya tewas dengan satu helikopter tentara ditembak jatuh. Total korban jiwa di kedua sisi ialah 30 orang.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan di Karabakh yang disokong Armenia melaporkan bahwa seorang bocah berumur 12 tahun dan dua anak lainnya meninggal dunia. Sejumlah saksi mata mengatakan sejumlah orang dievakuasi dari beberapa desa di dekat zona konflik.
Belum diketahui secara pasti terkait penyebab insiden itu. Pihak Azerbaijan mengklaim tentara mereka dihujani artileri berkaliber besar, namun berhasil merebut dua bukit strategis serta sebuah desa. Di sisi lain, pemerintah Armenia berkeras bahwa Azerbaijan telah melancarkan ‘serangan besar-besaran’ dengan sejumlah tank, artileri, dan helikopter.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah meminta gencatan senjata sesegera mungkin guna mencegah timbulnya korban tambahan.
Konflik sengketa wilayah Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia memanas pada akhir 1980-an dan berkembang menjadi peperangan terbuka pada tahun 1991 seiring dengan bubarnya Uni Soviet. Akibat konflik tersebut, sedikitnya 30.000 orang telah meninggal dunia.
Berkat mediasi Rusia, kesepakatan gencatan senjata ditandatangani pada tahun 1994 lalu. Konsekuensinya, meski wilayah Nagorno-Karabakh berada di Azerbaijan, namun secara administratif kawasan seluas 12.000 kilometer per segi itu dikendalikan warga etnik Armenia dengan sokongan militer dan keuangan dari pemerintah Armenia.
BBC Indonesia dan kompas.com