Apakah manuver pesawat tempur yang lincah dan supermanuver masih tetap relevan dalam pertempuran udara di masa depan?
Banyak yang menganggap pertempuran udara dimasa depan terjadi pada jarak jauh atau Beyond Visual Range dan lebih mengandalkan rudal udara ke udara jarak jauh (BVRAAM), dan menganggap manuver sebuah pesawat tempur tidaklah penting. Ada yang menyatakan ‘silakan pesawat kamu jumpalitan di udara, biar aku dor dari jarak jauh’.
Dalam perang Vietnam, saat F-4 Phantom melakukan pertempuran pertamanya, pihak desainer pesawat meninggalkan senapan mesin untuk pertempuran jarak dekat karena menganggap itu tidak akan terjadi dan lebih mengandalkan rudal udara ke udara. Namun kemudian fakta berbicara lain, kanon dan senapan mesin untuk dogfight jarak dekat masih sangat dibutuhkan pesawat tempur modern AS.
Bahkan di saat pesawat tempur siluman mulai lahir, pertempuran jarak dekat bukanlah pertempuran yang usang, diperkirakan apabila terjadi pertempuran udara antara pesawat tempur siluman melawan pesawat tempur siluman juga, kemungkinan akan sangat sulit ‘mengunci’ pesawat musuh dengan rudal, dan disinilah manuver pesawat tempur sangat diperlukan untuk merontokkan pesawat musuh dari jarak dekat.
Pada tahun 1999 saat terjadi perang antara Eritrea-Ethiopia, Pesawat tempur Su-27 Ethiopia dengan pilot perempuan Aster Tolossa menembak jatuh pesawat tempur MiG-29UB Eritrea dengan senjata kanon 30 mm. Pesawat tempur Su-27 sebelumnya sudah menembakkan rudal udara ke udara, tapi MiG-29UB berhasil menghindar, namun kemudian dirontokkan dengan semburan dari senjata kanon GsH-30 kaliber 30 mm.
Dalam Perang Falklands atau Malvinas, pesawat tempur Sea Harrier Inggris menembak jatuh sebuah pesawat C-130 milik Argentina dengan senapan mesinnya, karena ternyata jejak infra merah dari C-130 sangat lemah untuk bisa dibaca rudal udara ke udara Sea Harrier.
Selama perang Irak atau operasi Desert Storm, hanya 6 pertempuran udara yang terjadi dengan menggunakan rudal udara ke udara, saat 4 pesawat tempur Irak dijatuhkan oleh pesawat tempur Inggris,dan dua oleh pesawat tempur AS.
Menurut penulis, pertempuran jarak dekat (dogfight) masih akan tetap terjadi di masa depan, dan disitulah manuver pesawat tempur yang super-lincah dan ‘tidak terbaca’ lawan akan sangat menentukan untuk memenangkan duel udara yang sesungguhnya.