Rusia saat ini kewalahan memenuhi pesanan persenjataan dari luar negeri. Hal ini diungkapkan Deputy Director of the Russian Federal Service for Military-Technical Cooperation, Anatoly Punchuk.
Rusia mengalami banjir pesanan peralatan perang dari luar negeri pasca kesuksesan Rusia melakukan operasi militer di Suriah. Saat berperang di Suriah, Rusia mengerahkan beragam persenjataan mutakhirnya mulai dari pesawat pembom tempur Su-34, Su-35 dan bomber Tu-160 hingga kapal selam Improved Kilo dengan rudal jelajah Kalibr-nya.
Akibat banjir pesanan dari China, Iran, Vietnam maupun Indonesia hingga saat ini Rusia kesulitan memenuhi pengiriman persenjataan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Apalagi pihak produsen Rusia harus mendahulukan permintaan dari Kementerian Pertahanan Rusia dahulu sebelum bisa memenuhi permintaan pasar asing.
Menurut catatan dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) tahun 2010-2014, Rusia menduduki posisi kedua negara terbesar pengekspor persenjataan setelah AS, dan menguasai 27% pangsa pasar persenjataan dengan nilai US$ 54 milyar.