Direktur Topografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Dedy Hadria, mengatakan bahwa TNI AD akan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) sebagai alat bantu patroli topografi. Penjajakan penggunaan drone itu sudah dilakukan sejak tahun 2013, dengan melakukan riset ilmiah penggunaan drone di sejumlah universitas.
“Negara kita ada di negara tropis khatulistiwa berbeda dengan negara lain yang sudah punya drone termasuk Eropa dan AS. Maka kita desain drone tersebut cocok untuk wilayah kita, baik itu darat yang sifatnya pegunungan, perbatasan juga laut. Jadi kita sudah mendesain sedemikian rupa dan akan digunakan mulai tahun ini,” kata Brigjen Dedy di Direktorat Topografi TNI AD, Jakarta Pusat, Selasa (26/04).
Brigjen Dedy menjelaskan bahwa penggunaan drone sebagai alat bantu patroli akan diprioritaskan untuk wilayah perbatasan dan daerah pulau terluar. Beberapa wilayah yang menggunakan drone pada tahun ini adalah batalyon yang berada di Kalimantan, kemudian akan berlanjut di perbatasan Papua Nugini dan Timor Leste. Nantinya, setiap Kodam pun akan dilengkapi dengan drone.
Brigjen Dedy menyatakan, Kementerian Pertahanan sudah melakukan uji kelaikan drone sebelum dilakukan pengoperasian. Jumlah drone yang dipesan bergantung pada kebutuhan. Untuk jarak dekat, akan diadakan sekitar 20 unit drone multirotor. Sementara untuk jarak jauh dengan jarak tempuh 500-600 kilometer, rencananya akan diadakan sebanyak 10 unit rotor pada tahun ini.
Brigjen Dedy mengharapkan, hadirnya drone akan membantu kinerja patroli dan pemetaan, terutama pada kawasan yang tidak dapat dijangkau manusia secara fisik.
detik.com