Washington – Militer Amerika Serikat terus melakukan manuver “kebebasan bernavigasi” untuk menentang klaim maritim “berlebihan” oleh 13 negara sejak tahun lalu. Dari 13 negara itu, Indonesia termasuk di dalamnya.
Dalam laporannya, Pentagon merinci 13 negara itu adalah: China, India, Indonesia, Iran, Libya, Malaysia, Maladewa, Oman, Filipina, dan Vietnam. Tiga negara lainnya adalah Argentina, Nikaragua dan Taiwan.
Laporan Pentagon tidak merinci klaim maritim Indonesia mana yang dianggp berlebihan, sehingga ikut ditentang AS.
Khusus untuk Argentina, Nikaragua dan Taiwan, Pentagon mengaku telah melakukan operasi navigasi soliter periode Oktober 2014 hingga September 2015.
Pentagon, dikutip IB Times Selasa (26/4/2016), mengatakan latihan untuk kebebasan bernavigasi melawan China dimaksudkan untuk menentang pembatasan pesawat asing yang terbang melalui “pertahanan udara zona identifikasi” serta yurisdiksi maritim dan udara yang lebih dari satu “zona ekonomi eksklusif”.
China telah mengklaim sebagian besar kawasan Laut China Selatan dan Laut China Timur sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Negara ini bahkan telah membangun beberapa pulau buatan di Laut Cina Selatan, termasuk di Kepulauan Spratly.
Tindakan China ini telah meningkatkan ketegangan dengan Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei, yang semuanya memiliki klaim tumpang tindih atas wilayah itu.
China juga terlibat sengketa dengan Jepang atas delapan pulau tidak berpenghuni di Laut China Timur.
Kementerian Pertahanan China menyatakan kemarahannya setelah muncul laporan Amerika menerbangkan enam pesawat pesawat tempur di dekat Scarborough Shoal, yang oleh Beijing dinamakan Huangyan Island, pada 19 April 2016.
”Kami telah memperhatikan laporan tersebut, dan harus menunjukkan bahwa AS mempromosikan militerisasi di Laut China Selatan atas nama ‘kebebasan bernavigasi’,” ujar Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan, Senin (25/4/2016).
Menurut China, tindakan AS mengancam kedaulatan dan keamanan negara di sekitar Laut China Selatan dan merusak perdamaian dan stabilitas regional.
”Huangyan Island adalah wilayah yang melekat pada China, dan militer China akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional,” ujar kementerian China.
Meski dikecam China, militer AS menyatakan akan terus meningkatkan operasi kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan. “Tahun ini Angkatan Laut AS akan meningkatkan kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan,” ujar Kepala Komando Pasifik AS, Laksamana Harry Harris, dikutip Reuters, (26/4/2016).
Kebebasan bernavigasi melibatkan kapal Angkatan Laut AS dan pesawat militer. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa masyarakat internasional tidak menerima klaim akses sepihak di Laut China Selatan.
Sumber : Sindonews.com