Jakarta – Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna mengakui TNI AU belum dapat melaksanakan pengawasan seluruh wilayah laut Indonesia secara optimal.
Hal ini karena alutsista yang ada belum dilengkapi peralatan maritime search radar system (SAR dan ISAR), Automatic Identification System (AIS), Elektro-optical-infrared (EO/IR) sensor dan Real Time Data Link ke Pusdalops secara real time.
“Jika kami tinjau dari aspek pengawasan laut, TNI AU belum dapat dilaksanakan secara optimal,” kata KSAU di Jakarta, Senin (25/4/2016).
Dengan wilayah yang harus diawasi, alutsista yang ada tidak sebanding. Luas wilayah Indonesia dan kompleksitas ancaman yang dihadapi, khususnya pengamanan ALKI I, II dan III, menuntut TNI AU memiliki pesawat intai maritim taktis yang berkemampuan dan berteknologi tinggi, sekaligus dapat mendarat di landasan pendek dan biaya operasional pendek.
Pada aspek penindakan, TNI Angkatan Udara masih mengedepankan unsur pesawat tempur. Sementara pada sisi pengamanan laut terkait dengan kegiatan illegal fishing, illegal logging, smuggling atau imigran gelap, trafficking, diperlukan alutsista yang mampu menjangkau blank spot area secara cepat dan visual, berupa pesawat intai maritim yang mampu melaksanakan proses cegah dini dan cepat tanggap dalam.
“Pesawat jenis amfibi merupakan alternatif, karena memiliki fungsi interoperabilitas antara kekuatan laut dan kekuatan udara, yang dapat digunakan secara terintegrasi untuk mendukung tugas TNI, baik pada Operasi Militer Perang maupun Operasi Militer Selain Perang,” kata KSAU.
Sumber : Tribunnews.com