Direktur Utama PT Pindad, Silmy Karim, mengatakan bahwa saat ini Pindad tengah fokus untuk mengejar ketertinggalan dalam urusan industri pertahanan. Menurutnya, negara yang tangguh dapat diukur dari dukungan industri pertahanan mapan yang berbasis teknologi modern. Untuk itu, sejak tahun lalu, pemerintah telah memberikan modal negara sebesar Rp 700 miliar kepada Pindad.
Silmy menjelaskan bahwa selain masih minim dukungan industri berbasis teknologi tinggi, persoalan kemandirian pertahanan juga sudah saatnya dirintis oleh berbagai elemen bangsa terkait.
Di dalam negeri, Pindad berkonsentrasi kepada pemeliharaan dan upgrading alat utama sistem persenjataan yang dimiliki TNI. Sejak awal tahun ini, Pindad sedang mengerjakan 50 unit panser B yang dipesan oleh Kementerian Pertahanan.
Tak hanya itu, Pindad juga akan mulai memproduksi 10 unit kendaraan khusus tank berjenis Badak mulai bulan Mei ini. Kesepuluh tank tersebut, rencananya akan rampung pada bulan November 2016. Sedangkan untuk pesanan total, TNI membutuhkan 50 unit Badak yang merupakan pengembangan dari panser 6X6.
Di pasar ekspor, perusahaan plat merah ini juga sudah menjajaki pasar Timur Tengah. Dalam waktu dekat, Pindad akan mengirimkan satu unit panser Anoa untuk diujicobakan di sana. Jika memuaskan, sejumlah negara Timur Tengah akan memesan produk Pindad senilai 300 juta dolar AS, atau sekitar Rp 3,9 triliun.
Demi memperkuat produk industri pertahanan, Pindad juga mulai melakukan serangkaian terobosan untuk memodernisasi produk. Bulan lalu, BUMN ini menggandeng perusahan supplier fuze asal Jerman, Junghans Defence, untuk dukungan di bidang sistem fuze munisi, seperti mortar, artileri, tank, roket, dan amunisi angkatan laut.
okezone.com