Tokyo – Jepang dan Thailand mencari kesepakatan dasarnya dalam membuat mitra pertahanan terbatas. Tokyo sedang mempertimbangkan kontrak yang memungkinkan transfer alutsista ke Thailand dan menyerukan kerjasama teknologi dengan Thailand, 2/6/2016.
Thailand tertarik untuk mendaparkan pesawat patroli Maritim Kawasaki P-1, Pasukan Bela Diri Jepang dan pesawat penyelamat amfibi besar US-2 ShinMaywa.
Jepang ingin mendapatkan tempat antara hubungan Beijing dengan militer Thailand, dan kesepakatan kerjasama ini bisa berfungsi sebagai ruang efektif, di antara hubungan ketiga negara.
Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani akan bertemu Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Thailand, Prawit Wongsuwan di Bangkok untuk membahas kesepakatan alutsista.
Kontrak, prasyarat untuk ekspor peralatan pertahanan dari Jepang, akan membutuhkan persetujuan dari Jepang sebelum mentransfer atau menggunakan peralatan serta teknologi yang disediakan untuk Thailand.
Sebelumnya, perusahaan Jepang Kawasaki Heavy Industries dan NEC pada bulan November lalu, berpartisipasi dalam pameran peralatan pertahanan internasional yang diselenggarakan di Bangkok yang dihadiri Prawit .
Pesawat patroli maritim P-1, dibuat oleh Kawasaki, digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan kapal lainnya. Pesawat ini menggunakan teknologi NEC untuk mendeteksi suara dan menggunakan mesin kinerja tinggi IHI. IHI adalah spesialis mesin berat Jepang.
Sementata pesawat amfibi AS-2, yang diproduksi oleh Shinmaywa Industries, dikenal untuk kapasitas besar dalam mendarat di laut. Pesawat yang berkecepatan rendah namun memiliki jarak tempuh yang jauh. Jepang juga membahas kesepakatan untuk mengekspor pesawat ini ke India.
Jepang merupakan salah satu kontraktor alutsista dengan negara Asia Tenggara, Filipina. Sesuai dengan kontrak, Jepang menyewakan pesawat latih MSDF TC-90, yang juga berguna untuk misi pencarian dan penyelamatan saat bencana, bantuan kemanusiaan dan kegiatan peringatan dan pengawasan.
Sumber : Asia.nikkei.com