Negara-negara sekutu Barat tengah mempersiapkan untuk menempatkan empat batalion tambahan dengan kekuatan sekitar 4.000 tentara di Polandia dan tiga negara Baltik. Dua batalion dikerahkan oleh Amerika Serikat (AS), sementara Jerman dan Inggris masing-masing akan mengirimkan satu batalion.
Upaya NATO ini ditempuh demi memperkuat perbatasannya dengan Rusia atau dengan kata lain melawan campur tangan Rusia terhadap Ukraina, seperti dikutip dari defensenews, Senin (13/6/2016).
Direktur Akademik Akademi Federal Jerman untuk Kebijakan Keamanan atau Bundesakademie für Sicherheitspolitik (BAKS), Karl-Heinz Kamp, mengungkapkan bahwa pergerakan NATO tersebut merupakan upaya antisipasi. Namun demikian, menurut Kamp, hal tersebut sama sekali tidak berarti karena NATO bukanlah negara yang memiliki uang, sarana ataupun rakyat untuk dilindungi sehingga perlu mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih intens.
Kamp pun menambahkan, keputusan tersebut juga telah menuai banyak kritik di negara asalnya. Seperti dikutip dari RBTH, sebuah jajak pendapat yang dilakukan yayasan swasta non-profit terbesar di Jerman menunjukkan bahwa 57 persen warga Jerman tidak setuju dengan pengiriman pasukan untuk melindungi negara-negara Baltik dan Polandia demi melawan “serangan dari Rusia”.
Menanggapi alasan di balik keputusan NATO mengirim pasukan tersebut, Kamp mendeskripsikan aksi tersebut seperti perdebatan anak-anak di taman bermain yang saling mengklaim bahwa “temannya” yang lebih dulu “memulai” (agresi).
Dalam sebuah wawancara telepon dengan stasiun radio Jerman, Deutschlandfunk, Kamp sempat menjelaskan bahwa Rusia bisa dikatakan telah lebih dahulu memulai agresi, ketika misalnya, Rusia mengatakan bahwa dalam tiga minggu mereka akan menaklukkan negara-negara Baltik.
Menteri Pertahanan Polandia Antoni Macierewicz pun pernah menyatakan bahwa Rusia merupakan ancaman terbesar bagi NATO saat ini. Macierewicz juga mengungkapkan bahwa Rusia tengah mempersiapkan diri untuk melakukan agresi terhadap NATO. Hal ini terbukti dari insiden yang terjadi di Laut Baltik pada April lalu. Dua jet tempur Rusia terbang di dekat kapal Angkatan Laut AS, USS Donald Cook, di Laut Baltik, satu jet Rusia juga dilaporkan terbang kurang lebih 15 meter dari ujung sayap pesawat AS, Selasa (12/4/2016). Rusia diduga tengah melakukan simulasi serangan dan menjadikan kapal perang Amerika Serikat (AS) yang tengah berlayar di Laut Baltik sebagai target serangan.
Kenyataan lebih mengerikan pun tercatat dalam sebuah laporan lembaga analisis Amerika Rand Corporation yakni , jika tank dan tentara Rusia meluncur ke Baltik esok hari, pasukan dan persenjataan NATO yang kalah jumlah akan dihabisi dalam tempo tiga hari, bukan tiga minggu.
Namun di sisi lain, Sekjen NATO pun kembali menegaskan bahwa respons NATO menanggapi krisis Ukraina adalah murni upaya pertahanan atau antisipasi, bukan sebagai bentuk konfrontasi terhadap Rusia.