Perseteruan Rusia dan Amerika Serikat terus berlanjut dan kian memanas. Seperti yang dikutip sejumlah media, Keduanya terlibat saling mengancam dan belakangan terakhir ini, kedua negara adidaya bertikai dalam soal peluru kendali.
Hari ini sabtu (18/6) Rusia memandang perisai misil Amerika Serikat di Eropa Timur sebagai “bahaya besar”. Akibatnya Moskow terpaksa menjawabnya dengan memperkuat kemampuan serangan peluru kendalinya, kata Presiden Rusia Vladimir Putin seperti dikutip Reuters.
“Kami akan menyempurnakan kemampuan serangan peluru kendali kami, untuk menciptakan keseimbangan, hanya karena itu (sistem pertahanan misil AS),” kata Putin kepada para pemimpin organisasi media internasional pada Forum Ekonomi Internasional St Petersburg.
Perseteruan Rusia dan AS ini makin meruncing, pasca Amerika Serikat telah menolak tawaran Rusia untuk membicarakan program pertahanan peluru kendali (rudal) Washington, kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov, pada Minggu 5 Juni lalu.
Ketika berbicara dalam sebuah forum di Singapura, Antonov mengatakan proyek yang digawangi AS itu memunculkan masalah bagi Rusia dan China. Ia mengungkapkan bahwa Moskow telah beberapa kali meminta Amerika Serikat untuk berpikir ulang soal rencananya itu, demikian menurut laporan kantor berita Interfax.
“Kami sudah berkali-kali menawarkan kerja sama kepada kepada mereka dan (kami) menemukan cara-cara untuk mengatasi masalah.Tapi kami tidak berhasil meyakinkan mereka untuk meneruskan pembicaraan mengenai masalah ini. Menurut pemahaman saya, ini bukan saat yang tepat bagi mereka menolak berbicara,” kata Antonov, meski Ia tidak memberikan keterangan lebih rinci.
Amerika Serikat sedang berada di tengah masa pemilihan presiden menjelang pemungutan suara pada 8 November.
Militer AS mengatakan perisai diperlukan untuk melindungi Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Eropa dari Iran, bukan untuk mengancam Rusia. Militer AS mengaktifkan perisai yang berada di Rumania bulan lalu. Proses yang sama akan dilakukan untuk bagian lain perisai, yang berada di Polandia.
“Sangat berbahaya ketika satu negara menyelamatkan keamanan dirinya dengan merugikan keamanan negara-negara lainnya,” kata Antonov seperti dikutip Interfax. (marksman/ sumber : militarytimes.com dan antaranews.com)