Merespons teror di kota Nice, Prancis Selatan, Pemerintah Prancis memutuskan untuk memperpanjang status kondisi darurat di negaranya.
Status kondisi darurat di Prancis sebenarnya sudah mulai diberlakukan sejak November 2015, yakni tidak lama setelah serangkaian aksi teror terencana di Prancis yang menewaskan sedikitnya 129 orang. Insiden tersebut terjadi di lima lokasi berbeda yaitu di Bar La Belle Equipe, Bar Le Carillon & Restoran Le Petit Cambodge, Restoran La Casa Nostra, Stadiun Nasional Stade de France dan Gedung Konser Bataclan.
Presiden Prancis Francois Hollande yang berbicara paska pertemuan darurat di Paris menuturkan bahwa keadaan darurat akan diperpanjang selama tiga bulan. Hollande yang geram juga melontarkan pernyataan bahwa Prancis akan merekrut 10.000 polisi militer tambahan setelah serangan tersebut terjadi.
“Tidak ada yang menyangkal sifat teroris serangan ini, dan ini adalah bentuk paling ekstrem dari kekerasan,” kata Hollande dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters , Jumat (15/7/2016).
Kamis malam (14/7/2016), sekitar pukul 22:30 waktu setempat, satu unit truk penuh dengan senjata dan granat menabrak kerumunan orang di Nice, Prancis saat perayaan Bastille Day. Insiden tersebut menyebabkan 84 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Sopir truk yang diketahui merupakan pria asal Tunisia berusia sekitar 31 tahun langsung ditembak mati oleh aparat kepolisian.
Belakangan ini, Prancis memang kerap berada di bawah ancaman teror. Ancaman pun semakin gencar jelang Piala Eropa 2016, mengingat Prancis terpilih menjadi tuan rumah kompetisi sepak bola terbesar di Eropa tersebut. Sempat terjadi sebuah ledakan di dekat Stade de France beberapa jam sebelum kick off pertandingan Prancis melawan Islandia di perempat final Piala Eropa 2016, Minggu, (3/7/2016).