Kudeta ternyata bukan hal baru bagi Turki. Sebab, sejarah negara yang wilayahnya membentang di Eropa dan Asia itu memang sudah sering dilanda kudeta. Dari sejak tahun 1960 hingga kini, tercatat sudah enam kali kudeta terjadi di Turki.
Berikut ini adalah catatan kudeta yang pernah terjadi di Turki seperti yang dilansir The Telegraph pada Sabtu, 16 Juli 2016:
1960: Pada bulan Mei, militer Turki melakukan kudeta terhadap Partai Demokrat yang berkuasa dengan menahan seluruh anggota Partai Demokrat yang kala itu memerintah. Tidak sekadar menangkap, kala itu militer di negara yang didirikan Mustafa Kemal Attaturk itu juga mengadili anggota Partai Demokrat.
1961: Pada 1961 militer Turki pernah menggulingkan Perdana Menteri Adnan Menderes. Militer lantas menggantung Adnan bersama dengan menteri luar negeri dan menteri keuangannya.
1971: Hanya berselang sepuluh tahun setelah kudeta 1961, militer Turki kembali membubarkan pemerintahan. Pada 1971, angkatan bersenjata di negeri yang beribu kota di Ankara itu memaksa perdana menteri aliran konservatif, Suleyman Demirel mundur dari jabatan menyusul serentetan kekerasan politik.
1980: Para jenderal di Turki melakukan intervensi besar-besaran di kancah politik ketika terjadi bentrok antara kelompok mahasiswa Sayap Kanan dan Sayap Kiri yang menggiring negeri transkontinental itu ke jurang perang saudara. Kala itu pemimpin junta militer, Kenan Evren mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden, sekaligus menulis ulang konstitusi yang menjamin kekuasaan angkatan bersenjata. Kudeta di tahun ini dipicu kebuntuan politik dan kerusuhan sosial. Darurat militer pun akhirnya diberlakukan.
1997: Pada awal 1997, militer Turki memaksa pemimpin koalisi kelompok Islam yang sedang berkuasa, Nekmettin Erbakan untuk mengundurkan diri dari tampuk kekuasaan. Kala itu Erbakan dituding memimpin Turki dengan aturan agama. Namun, militer tidak mengambil aluh kekuasaan, tapi mendorong para politisi sekuler untuk membentuk pemerintahan baru.
2016: Pada 15 Juli 2016, militer Turki kembali melakukan kudeta. Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut kudeta itu gagal dan dirinya tetap menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata Turki. (marksman/ sumber : jpnn.com dan tempo.co)