Insiden penembakan tiga personel polisi di ibu kota negara bagian Lousiana, Baton Rouge, Amerika Serikat (AS), Minggu pagi waktu setempat (17/7/2016), membuat Presiden AS Barack Obama mengaku prihatin.
Dalam pidatonya di Gedung Putih, Washington DC, Presiden Obama mengutuk pelaku penembakan yang sebelumnya diketahui merupakan mantan personel USMC atau Korps Marinir AS berpangkat sersan.
“Kita sebagai sebuah negara harus dengan jelas dan lantang menyatakan, bahwa tidak ada satu pun kekerasan yang melanggar hukum bisa dibenarkan. Serangan terhadap polisi adalah serangan terhadap kita semua,” ujar Obama, seperti dikutip dari CNN, Senin (18/7/2016).
Obama juga menduga sejumlah aksi kekerasan yang melibatkan senjata api belakangan ini berkaitan dengan aksi kekerasan dan pembunuhan terhadap beberapa warga kulit hitam oleh polisi kulit putih. Namun, Obama menambahkan bahwa warga AS harus tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi.
“Kita sendiri yang bisa membuktikannya, bahwa melalui kata-kata dan perbuatan baik, kita tidak akan terpecah belah. Kita akan terus melakukannya, lagi dan lagi. Begitu caranya agar bangsa ini tetap bersatu,” imbuh Obama.
Tiga personel polisi Lousiana, Baton Rouge, AS tewas setelah tiga pria melepaskan tembakan secara membabi buta, Minggu pagi waktu setempat (17/7/2016). Tiga polisi tewas tersebut antara lain dua personel Kepolisan Baton Rouge dan satu orang wakil sheriff, sementara satu deputi sheriff lainnya mengalami luka berat akibat serangan. Penembakan tersebut terjadi di dekat markas polisi dan jalan raya.
Satu penyerang dilaporkan tewas, sementara dua lainnya masih buron. Seorang pelaku yang tewas mengenakan kemeja merah terlihat menembak dirinya sendiri dan jasadnya tergeletak di tempat parkir. Sedangkan pria lainnya melarikan diri. Mereka sebelumnya terlihat mengenakan pakaian hitam dan membawa senjata laras panjang.
Kurang lebih dua pekan sebelumnya, belasan aparat penegak hukum di Dallas, AS ditembak oleh dua penembak jitu di tengah aksi unjuk rasa di pusat kota Dallas. Dari 11 aparat kepolisian yang menjadi korban penembakan, lima diantaranya tewas, sementara enam lainnya luka-luka.
Aksi penembakan terhadap aparat kepolisian tersebut diduga dipicu oleh aksi penembakan warga kulit hitam oleh polisi di Minnesota dan Louisiana, sebelumnya.
Rabu malam (6/7/2016), seorang pria keturunan Afrika – Amerika bernama Philando Castile (32) ditembak oleh seorang polisi sewaktu sedang berada di dalam mobil, di Falcon Heights, negara bagian Minnesota, AS. Padahal menurut keterangan Gubernur Minnesota, Mark Dayton, Castile tidak melakukan kesalahan ketika mengemudi. Castile memang mengaku membawa senjata, namun tidak ada indikasi ia menunjukkan senjata tersebut kepada polisi.
Sehari sebelumnya, Selasa (5/7/2016) seorang lelaki kulit hitam lainnya, Alton Sterling (37), ditembak mati oleh polisi di Baton Rouge, negara bagian Louisiana, AS. Video mengenai insiden tersebut juga telah beredar di dunia maya dan memicu kemarahan di berbagai penjuru AS.