Negara Eropa Timur dan Eropa Tengah diketahui telah menjual senjata senilai 1,3 milyar dolar ke Timur Tengah, dengan beberapa pengiriman senjata berakhir di tangan “tentara bayaran Suriah,” termasuk Barisan al-Nusra dan Daesh, tetapi negara-negara ini telah menolak untuk menyambut pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan, Deutsche Wirtschafts Nachrichten (DWN) menegaskan.
Menurut laporan yang dikeluarkan pekan lalu, Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Slovakia, Serbia dan Rumania telah menjual senjata terutama ke Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA) dan Turki. Sebagian dari senjata tersebut kemudian ditransfer ke pihak oposisi bersenjata dan kelompok-kelompok Islam yang bertempur di Suriah dan Yaman, dua negara yang sedang dilanda perang yang disponsori oleh asing.
Penelitian ini dilakukan oleh Jaringan Laporan Penyelidikan Balkan (BIRN) dan Proyek Laporan Kejahatan Terorganisir dan Korupsi (OCCRP). Temuan mereka mencakup pengiriman yang dilakukan sejak 2012.
Bisnis ini sangat menguntungkan dimana negara-negara Eropa Tengah dan Eropa Timur memberikan ijin ekspor senjata “meskipun ada banyak bukti bahwa senjata dialihkan ke kelompok-kelompok bersenjata di Suriah dan lainnya yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara luas dan kejam”, menurut pengamatan para peneliti. Pemberian ijin Ini seharusnya menjamin dimana senjata akan berakhir dan tidak mengijinkan transfer ulang ke pihak ketiga. Namun tepatnya inilah yang sedang terjadi.
Selain itu, surat kabar yakin bahwa krisis pengungsi yang sedang berusaha untuk diatasi Uni Eropa “tidak mungkin seperti saat ini” tanpa pengiriman senjata dari Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Slovakia, Serbia dan Rumania.
Beberapa negara memiliki pengalaman langsung menghadapi gelombang besar pengungsi sejak Perang Dunia II, seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Balkan dan Eropa. Beberapa dari mereka, seperti Republik Ceko, Slovakia dan Rumania, telah menolak untuk memukimkan pencari suaka di wilayah mereka, setidaknya dalam jumlah yang akan membuat perbedaan.
Pada tahun 2014, Praha menjual senjata senilai lebih dari 300 juta dolar kepada pembeli di Timur Tengah, berjanji untuk menerima 1.100 pengungsi. Setahun kemudian pemerintah Republik Chechnya menolak untuk menyambut tambahan 1.691 pengungsi dibawah rencana panjang Uni Eropa. Pada bulan Maret, Perdana Menteri Republik Chechnya Bohuslav Sobotka menegaskan bahwa negara akan menerapkan bagian dari kesepakatan tentang pengungsi yang ditandatangani oleh Uni Eropa dan Turki, tetapi menambahkan bahwa tidak akan mengambil migran lebih dari yang dijanjikan sebelumnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Slowakia Robert Fico menggambarkan kebijakan migran Uni Eropa sebagai “ritual bunuh diri” pada bulan Januari 2016. Pada bulan Mei, ia mengatakan bahwa negara itu menolak untuk mengakui migran karena “Islam tidak memiliki tempat di Slovakia.”
Mempertimbangkan hal ini, Jerman menyambut sekitar 1 juta pengungsi pada tahun 2015 saja, sementara Swedia menyetujui hampir 100.000 permohonan.
Sumber: Sputniknews