Sekitar tiga minggu lalu, sebuah pesawat tak berawak (drone) berhasil menembus wilayah udara Israel diatas Dataran Tinggi Golan dekat perbatasan Suriah, drone tersebut berhasil memasuki wilayah udara Israel sejauh 2,5 mil (4 km) sebelum kembali. Awalnya pihak Israel mengatakan bahwa drone tersebut adalah milik Suriah, seperti dilaporkan oleh Haaretz pada hari Minggu (18/07/2016).
Pada saat itu, seorang juru bicara IDF mengakui bahwa pesawat tak berawak yang telah memasuki wilayah udara Israel, namun tidak memberikan indikasi siapa yang berada di balik insiden tersebut. Tak lama kemudian, organisasi teroris Hizbullah di Lebanon mengaku bertanggung jawab.
Namun dalam sebuah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa pesawat tak berawak itu sebenarnya milik Rusia, memberitahukan bahwa pelanggaran wilayah udara tersebut merupakan kecelakaan yang diakibatkan oleh human error (kesalahan manusia).
Pejabat senior Israel, seperti dikutip dalam laporan itu menambahkan bahwa meskipun telah dilakukan tiga upaya untuk menembak jatuh pesawat tak berawak milik Rusia tersebut, namun IDF gagal untuk menghancurkannya.
Dua buah rudal permukaan-ke-udara buatan AS – rudal Patriot – ditembakkan pada pesawat tak berawak itu, serta rudal udara-ke-udara diluncurkan dari pesawat tempur IAF yang dikirim untuk mencegat UAV tersebut. Meskipun telah dilakukan upaya untuk menembak jatuh, pesawat tak berawak itu akhirnya kembali ke wilayah Suriah dengan aman.
Sumber: Israel National News