SItuasi geopolitik di kawasan Asia Tenggara terus memanas, seiring dengan meningkatnya klaim China atas hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Bahkan kapal kapal Indonesia baik sipil dan militer beberapa kali terlibat konflik dengan Coast Guar China di Laut Natuna. Eskalasi ini bisa terus meningkat, jika Indonesia salah melakukan treatment di laut Natuna.
Dari sisi politis, Indonesia akan mengubah nama Laut China Selatan menjadi nama Laut Natuna. Di sisi militer, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tampak sedang berpikir keras bagaimana menciptakan fire power militer Indonesia yang lebih besar, di tengah berbagai keterbatasan, termasuk finansial.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengajak para peneliti dan ilmuwan di Indonesia, untuk menciptakan kapal selam dan kapal perang yang berdaya rudak besar. Itu artinya, kapal kapal tersebut harus memiliki senjata yang kuat, yang tidak lain adalah peluru kendali atau rudal.
Di saat yang sama, Jenderal Gatot Nurmatyo meluncurkan gagasan untuk mempersenjatai kapal-kapal sipil dengan rudal jarak pendek, yang sewaktu waktu bisa digunakan, sebagai pertahanan semesta. Tampaknya undang-undangnya akan disiapkan. Konsep defensif ini, operasionalnya akan dibantu oleh aparat TNI.
Dalam benak saya, jika Panglima TNI telah berbicara seperti itu, artinya keberadaan rudal itu telah ada, bisa dalam tahap: gagasan, hasil riset atau pengembangan. Sampai mana perkembangan rudal Indoensia, belum diketahui.
Sekarang, mari kita lihat rencana TNI AL yang akan melakukan latihan Perang Armada Jaya 2016, yang akan melibatkan berbagai rudal yang mereka miliki.
Menurut kantor berita Antara, rudal yang akan diusung dalam latihan perang Armada Jaya 2016 adalah : Exocet MM-38 Block I sampai Block III, peluru kendali Yakhont buatan Rusia, dan rudal C-705 buatan China. Belum ada kejutan baru. Rudal rudal itu adalah rudal existing yang dimiliki TNI AL saat ini yang berasal dari impor. Demikian pula tampaknya dengan rudal C-705 buatan China.
Rudal C-705 ChinaIndonesia hendak mengembangkan rudal C-705 China untuk diproduksi di Indonesia. Namun dari pertemuan antara Kementerian Pertahanan dengan China Defence pada tahun 2015, ada sejumlah masalah yang belum disepakati. Indonesia ingin membeli lisensi dan ToT rudal C-705 China, namun China memberikan persyaratan yang berat. China meminta jumlah pembelian rudal itu dalam jumlah besar dan ToT akan dibagi ke dalam 3 phase : Basic, Intermediate dan Advance. Sementara Indoensia menginginkan proses ToT langsung ke tingkat Intermediate. Pembicaraan terkunci di situ, dan pihak Indonesia akan membawanya ke keputusan tertinggi di Jakarta, yang hasilnya akan disampaikan kembali dalam pertemuan antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan pihak militer China berikutnya. So far, bisa dikatakan proyek ini masih menggantung. Ketegangan antara Indonesia dan China di Laut Natuna, juga memberi dorongan buruk untuk kelanjutan proyek ini.
Di jaman modern yang kompleks seperti sekarang ini, rudal dan roket adalah deteren yang sangat kuat bagi negara lain yang hendak menganggu Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan dengan banyak kapal nelayan yang bisa dipersenjatai rudal dalam kondisi mendesak. Artinya kemampuan membuat rudal adalah solusi bagi Indonesia saat ini, untuk menjaga wilayah negara dari kerakusan negara yang suka bertualang.
RBS15 Mk3 is launched from German Navy Braunschweig class corvettePT Lundin Industry Invest berencana memasang rudal RBS15 Mk3 di kapal perang Klewang dua yang akan mereka bangun. Dan saat ini PT Pindad telah bekerjasama denga SAAB Swedia, untuk pembuatan rudal tersebut. Diharapkan Indonesia bisa mendapatkan transfer technology dari rudal RBS15 Mk3 SAAB Swedia, untuk menjadi cikal bakal rudal nasional Indonesia.
Kita akan lihat ke depan, apakah pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmatyo, soal keinginannya memiliki rudal buatan dalam negeri, akan terwujud, atau baru sebatas gagasan yang dia sosialisasikan kepada para peneliti Indonesia. Asumsi saya, jika Panglima TNI telah mengatakan demikian, berarti proyek itu sedang berjalan. Semoga.
Diego