Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Terlalu Berat, Rumit dan Berbahaya “si Punisher” Terancam Dibatalkan

Sistem XM25 Counter-Defilade Target Engagement System (CTDE) adalah senjata peluncur granat semi-otomatis yang menggunakan pengatur ledakan granat di udara atau didekat target, yang akan menghujani prajurit musuh dengan pecahan granat. Smart launcher grenade XM25 dilengkapi dengan finder laser, dan granat yang dapat disesuaikan peledakannya dengan jangkauan hingga 600 meter atau lebih.

Mendapat julukan “si Punisher” XM25 kaliber 25 mm dirancang untuk menghajar musuh yang berlindung di balik dinding, di dalam lubang perlindungan atau bersembunyi di tempat yang sulit dijangkau dengan senjata biasa. XM25 merupakan revolusi senjata berdaya ledak tinggi dengan kontrol tembak dan sistem target acquisition yang terprogram, klaim Orbital ATK, perusahaan pembuat XM25.

Angkatan Darat sebelumnya pernah menguji XM25 selama 14 bulan di medan tempur Afghanistan, di mana Divisi Lintas Udara 101 menggunakannya sebagai senjata pelontar granat pada tahun 2010. Saat itu personel dilengkapi lima senjata XM25 dengan 1000 amunisi.

Meski efektif untuk menghancurkan atau menetralisir prajurit musuh yang bersembunyi di posisi tertutup, tentara AS mengeluhkan beberapa masalah pada senjata peluncur granat semi-otomatis ini.

Tentara mengeluhkan bobot XM25 yang terlalu besar dan berat (6.4 kg), yang merepotkan personel saat menggunakannya di medan perang. XM25 juga memiliki jangkauan tembak yang pendek dan tenaga baterai yang lebih cepat ngedrop.

Salah satu peluncur granat pernah meledak pada bulan Februari 2013 saat latihan tembak dengan menggunakan amunisi tajam yang mengakibatkan seorang personel terluka. Personel militer AS akhirnya meninggalkan senjata XM25 pada perang di Afghanistan.

Share:

Penulis: