Dibawah Pemerintahan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, militer Filipina sangat mungkin mengalami modernisasi yang cukup besar. Beberapa waktu lalu Presiden Duterte mengumumkan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan untuk mendapatkan peralatan pertahanan dari Rusia dan China.
Analis militer menilai modernisasi militer di bawah Pemerintahan Duterte akan cukup menarik bila dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya yang hanya bergantung pada persenjataan refurbish atau sumbangan peralatan militer tua dari sekutu-sekutunya.
Beberapa peralatan militer yang dibeli oleh pemerintahan Aquino, seperti pesawat serang ringan FA-50 yang meski baru tapi masih kalah kelas teknologi dan kemampuannya dibandingkan pesawat tempur negara-negara tetangga .
Menurut ahli militer Analysis of Strategies and Technologies (CAST) yang berbasis di Moscow. Filipina harus lebih serius membeli peralatan militer dan persenjataan, khususnya dalam mendapatkan pesawat tempur multirole yang dapat melakukan beberapa peran sekaligus.
“Filipina tidak hanya harus mengandalkan pada pesawat tempur Barat yang begitu mahal seperti F-16V, F-15SE dan Jas 39 Gripen yang berharga sekitar US$ 60 juta sampai US$ 100 juta per unit, tetapi juga harus melihat sumber dan pemasok lain, “tulis ahli militer tersebut.
Untuk mendapatkan 12 unit pesawat serang ringan FA-50 Filipina harus mengeluarkan biaya sekitar US$ 402 juta atau US$ 32,5 juta per unit. Dengan nilai yang hampir sama, Filipina bisa mendapatkan pesawat tempur MiG-29 atau Su-27 yang memiliki kemampuan dan daya gentar yang lebih menakutkan daripada pesawat FA-50.
Atau dengan nilai yang sama walau dengan jumlah yang lebih kecil, Filipina bisa mengakuisisi pesawat tempur canggih Su-35 yang dibanderol Rusia dengan harga US$ 85 juta. Dengan diperkuat Su-35, Filipina bisa berdiri sejajar dengan kekuatan udara negara-negara tetangga yang sudah lebih dulu mapan.