WONSAN – Hanya beberapa minggu setelah melaksanakan uji coba nuklir kelima, Korea Utara menghadirkan Festival Dirgantara kepada masyarakat yang belum pernah terjadi sebelumnya pada hari Sabtu, 24 September 2016.
Festival Persahabatan Internasional diadakan selama 2 hari di Bandara Kalma, Wonsan yang baru diperbaharui – sebelumnya bandara ini dipergunakan sebagai lapangan udara militer – tahun lalu untuk meningkatkan pariwisata di sekitar kota pelabuhan, sebelah timur Wonsan.
Acara ini dimulai dengan menampilkan helikopter Hughes MD-500 buatan AS – salah satu dari sejumlah helikopter yang diperoleh pada tahun 1980 menggunakan negara ketiga untuk menghindari pembatasan ekspor dari AS.
Pada acara hari Minggu menampilkan penerbangan beberapa jet tempur remot kontrol F-16 AS dan J-10 China. Pemilihan model F-16 dalam pameran tersebut adalah salah satu hal yang aneh, mengingat kemarahan Korea Utara atas kehadiran pasukan AS di pangkalan angkatan udara Korea Selatan.
Dalam acara itu juga diadakan demonstrasi terjun payung militer, dengan dua penerjun pertama turun membawa bendera besar Korea Utara.
Industri penerbangan Korea Utara menjadi sasaran atas resolusi Dewan Keamanan PBB setelah uji coba nuklir keempat Korea Utara pada tanggal 6 Januari 2016. Resolusi itu mencegah negara-negara anggota PBB untuk menjual atau memasok Korea Utara dengan avtur, bahan bakar penerbangan, nafta (jenis bahan bakar jet) dan kerosin (jenis bahan bakar jet).
Akan tetapi sebuah laporan terbaru dari Nautilus Institute for Security menyimpulkan bahwa pasokan domestik bahan bakar jet mungkin cukup untuk menjaga pesawat tempur Angkatan Udara agar tetap terbang, terutama mengingat sangat rendahnya tingkat latihan tahunan mereka.
Helikopter Hughes MD-500 tampilan dalam acara itu, terlihat juga Mikoyan MiG-29 Fulcrum yang menampilkan akrobatik solo dengan membuat beberapa manuver hingga memekakkan telinga saat terbang rendah di atas kerumunan.
Armada Angkatan Udara Korea Selatan yang sebagian besar terdiri pesawat MiG-17, MiG-19 dan MiG-21 yang semuanya merupakan buatan China. Para ahli mengatakan rendahnya jumlah jam terbang dan latihan pilot mereaka dibandingkan dengan Korea Selatan.
Kerumunan penonton begitu meriah melihat penampilan 2 pesawat MiG-21 tua era Soviet yang dikemudikan oleh 2 orang wanita pertaman pilot jet tempur Korea Utara. Mereka adalah Jo Kyum Hyang dan Rim Sol, yang meraih ketenaran nasional tahun lalu ketika Kim Jong Un menjuluki mereka sebagai “bunga dari langit” setelah menyaksikan salah satu sesi latihan mereka.
Pengamat asing mencatat bahwa beberapa kali Mikoyan MiG29 dan Sukhoi-25 melakukan terbang rendah diantara kerumunan yang mana hal itu telah dilarang di festival udara internasional lainnya.
“Anda tidak akan pernah melihat manuver ini di tempat lain. Peraturan melarang untuk melewati atau bermanuver di atas garis kerumunan penonton”, kata Peter Terlouw, seorang fotografer penerbangan Belanda.
“Tapi bagi kami, itu brilian! Anda juga tidak akan melihat pesawat seperti ini dimanapun didunia”, katanya sambil menunjuk ke sebuah pesawat Antonov AN-24 yang berada disana.
“Pesawat sipil modern begitu hambar hari ini, tapi ini cukup ajaib dan benar-benar membawa Anda kembali ke masa lalu”, kata Walker.
Diantara pesawat yang tampil dalam acara itu antara lain helikopter Hughes MD-500, Mikoyan MiG-17, MiG-19, MiG-21, MiG-29, Sukhoi Su-25, Antonov An-24, Ilyushin Il-18 dan Tupelov Tu-134.
Vegassus © JakartaGreater.com