Berbagai alat utama sistem persenjataan (Alutsista) ditampilkan dalam latihan puncak TNI Angkatan Udara “Angkasa Yudha 2016”. Selain pesawat tempur, salah satu yang juga menarik perhatian adalah sistem Man Portable Air Defense System (MANPADS) Chiron buatan Korea Selatan.
Rudal anti pesawat jarak dekat yang sudah didengungkan sejak tahun 2014 ini disiapkan sebagai pendamping sistem kanon anti pesawat 35mm Rheinmetall Skyshield. TNI Angkatan Udara mengoperasikan sistem Chiron dengan terintegrasi sistem kendali penembakan Skymaster yang memasok informasi sasaran untuk sistem Skyshield. Sistem Skymaster yang dilengkapi dengan radar pencari dan penjejak memampukan pasokan informasi sasaran di luar garis cakrawala sehingga personil tim penembak Chiron dapat menyiapkan diri untuk menghadang sasaran pada jarak efektif terjauh rudal ini sendiri.
MANPADS Chiron berawal dari upaya Korea Selatan untuk membangun sistem pertahanan udara secara mandiri, dengan meluncurkan proyek Korean Portable Surface to Air Missile (KP-SAM) “Shingung”. Perusahaan LIG Next1, anak perusahaan LG yang membidangi urusan pertahanan, membutuhkan waktu delapan tahun untuk mengembangkan KP-SAM hingga akhirnya dapat diproduksi secara komersial.
Kemampuan luncur rudal Chiron mencapai 700 meter/detik atau Mach 2,4 dengan jarak efektif mencapai 7.000 meter untuk sasaran yang terbang dengan ketinggian maksimum 3.500 meter. Rudal Chiron memiliki berat 24,3 kg untuk tabung peluncur dengan rudalnya. Sistem pemandu pada Chiron sama seperti sebagian besar sistem MANPADS jarak dekat, mengandalkan sistem pandu Infra Merah yang mengejar emisi panas pesawat sasaran, plus sensor kontras UV (Ultra Violet) untuk pengenalan sasaran yang lebih baik, terutama saat berhadapan dengan sumber panas lain yang lebih dominan. Rudal Chiron juga sudah dilengkapi dengan interogator Identification Friend or Foe (IFF) untuk mengenali pesawat kawan yang memancarkan sinyal dari transponder IFFnya.
Sistem Chiron didesain untuk dioperasikan dengan menggunakan launcher post dengan tripod, grip untuk pegangan tangan, sistem optik bidik, serta kursi untuk juru tembak. Satu launcher post biasanya diawaki oleh juru tembak, pengisi rudal, dan pengamat/ pencari sasaran.
Waktu respon yang dibutuhkan Chiron dari pelatuk ditarik sampai rudal meluncur hanya tiga detik, rudal akan meluncur setelah kode baringan dan jarak ke sasaran diinput oleh sistem Target Data Receiver (TDR) ke dalam prosesor rudal. Rudal Chiron menggunakan hulu ledak fragmentasi yang dipicu oleh sumbu jarak.
Saat rudal sudah mendekati sasaran, tiang antena telemetri yang ada di kepala rudal akan mengirim sinyal untuk meledakkan rudal ketika sudah berada 1,5 meter dari sasaran. Ledakan rudal akan menghasilkan 720 fragmen logam panas nan tajam dengan energi kinetik yang cukup untuk merobek kulit alumunium pesawat terbang.
Sumber: angkasa.co.id