Pengamat militer Connie Rahakundini memberikan usulan agar Tentara Nasional Indonesia kembali menggunakan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Menurutnya, nama ABRI jauh lebih “garang” dibanding TNI.
“Saya menyarankan TNI kembali jadi ABRI. Karena kita perlu TNI yang kuat. Apalagi menghadapi ancaman kawasan internasional saat ini,” ujar Connie seperti dilansir inilah.com pada Minggu (9/10).
Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa nama TNI membuat lembaga ini seolah-olah hanya mengurus lingkup kecil dan nasional. Sedangkan nama ABRI, yang dibawa adalah Republik Indonesia. Menurutnya, seperti kepolisian disebut Polri sehingga mereka bisa bekerjasama dengan negara mana pun dan menerima dana dari berbagai sumber.
Connie berharap, pemerintah dapat terus meningkatkan anggaran TNI guna meningkatkan kemampuannya. Tujuannya, untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai ancaman.
Ia menjelaskan bahwa anggaran yang cukup akan menjadikan TNI menjadi profesional dan disegani. Dengan dana yang tercukupi, TNI bisa memodernisasi sistem persenjataannya.
Connie mengatakan bahwa TNI tidak akan bisa bersaing dengan ekspansi Amerika Serikat dan Tiongkok jika dibangun dengan anggaran yang minim. Padahal, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara kuat seperti kedua negara tersebut.
Connie juga menyinggung adanya perbedaan anggaran untuk Polri yang langsung berada di bawah Presiden dengan TNI yang berada di bawah Kementerian Pertahanan.
Sumber: Suara Pembaruan dan inilah.com