Reaktor nuklir Israel akan berubah nama, menggunakan nama mantan Presiden Israel, Shimon Peres. Nama Shimon Peres dinobatkan sebagai nama baru untuk reaktor nuklir Israel, menggantikan nama reaktor nuklir Dimona, yang berada di Israel Selatan. Nama Shimon Peres digunakan karena jasa Peres membuat Israel sebagai negara dengan kekuatan nuklir.
Hal ini diumumkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Minggu (9/10/16). Sebelumnya, Israel selalu bungkam soal program senjata nuklir yang dimilikinya, terlebih Israel bukan negara penandatangan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pada kenyataannya, meskipun Israel memiliki program nuklir, Israel tidak terkena sanksi seperti Iran dan Korea Utara.
“Saya berniat untuk mengubah nama Negev Nuclear Research Center di Dimona setelah Shimon Peres,” ujar Netanyahu pada rapat kabinet mingguan.
”Dia sangat aktif dalam membangun proyek penting ini untuk keamanan Israel selama beberapa generasi, dan saya berpikir bahwa itu tepat dan benar untuk nama senyawa (itu pantas) setelah dia,” imbuh Netanyahu, seperti dikutip dari Times of Israel, Senin (10/10/2016).
Pengumuman Netanyahu muncul setelah hampir dua minggu kematian Peres, yaitu pada 28 September 2016. Ketika masih berusia 30-an tahun, tahun 1950 silam, Peres memainkan peran penting dalam mengejar Israel dari kemampuan nuklir atas desakan dari perdana menteri pertama Israel, David Ben-Gurion.
Ia mencapai kesepakatan rahasia dengan Prancis yang menyebabkan pembangunan reaktor nuklir di Dimona sekitar tahun 1962.
Israel sekarang dianggap sebagai satu-satunya negara dengan kekuatan senjata nuklir di Timur Tengah, meskipun negara ini tidak pernah bersedia mengonfirmasi.
Sebuah bocoran surat eletronik mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell, juga pernah menyebut bahwa Israel memiliki sekitar 200 senjata nuklir. Namun, AS memilih bungkam.
Sumber: international.sindonews.com