Salah satu syarat untuk pemenuhan kebutuhan ALUTSISTA dari Produsen Asing adalah adanya keharusan Transfer of Tecnology (TOT), hal ini dimaksudkan agar tercapai kemandirian pembuatan ALUTSISTA pada produsen khususnya BUMN Strategis milik Bangsa Indonesia seperti PT. PAL, PT. DI dan PT. PINDAD. TOT seringkali sulit didapatkan dikarenakan jumlah pembelian yang sedikit, Kerahasiaan/Kualitas Tinggi Teknologi yang terkandung pada alutsista dimaksud (HiTech).
Salah satu alih tehnologi yang dibidik Indonesia adalah ToT Rudal C-705. Proses mendapatkan alih tehnologi C-705 terbilang sulit dan tidak sepadan dengan teknologi yang didapat dibandingkan dengan kemajuan teknologi rudal dan eskalasi geopolitik saat ini. Indonesia dan China memiliki landasan hukum berbeda terkait alih tehnologi. Indonesia menggunakan landasan UU No.16/2012 tentang Industri Pertahanan yang menetapkan antara lain tentang alih tehnologi, trade-off atau pembelian lisensi dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata berteknologi tinggi. Sedangkan China berpedoman pada UU Hak Kekayaan intelektual, dimana dipersyaratkan ada fee khusus yang harus diberikan terkait ToT.
Spesifikasi | BRAHMOS | C 705 |
 Harga |  35 M |  20 M |
 Hulu Ledak |  200 kg | 120 kg |
 Panjang |  8 m | 6 m |
 Operational Range |  300 km | 140 km |
 Cruise altitude |  3 m | 12 m |
 Speed |  3 mach | 0,8 mach |
Perbandingan Speksifikasi Rudal BRAHMOS vs C705
Proses pembuatan ToT rudal C-705 dibagi dalam empat tahap. Tahap mana alih teknologi ini belum sepakat dicapai. Belum lama ini rudal C-705 diduga bermasalah dalam uji latihan perang Armada Jaya 34/2016. Dalam uji coba Rudal C-705 yang ditembakkan dari KRI Clurit-641 mengalami delay hingga kurang lebih 5 menit dan bahkan diduga tidak mengenai sasaran. Nah bisa dibayangkan bagaimana posisi KCR/KRI kita dalam situsasi perang sesungguhnya. Rudal C-705 merupakan rudal buatan China dengan kualitas di bawah C-802 dalam sebuah serangan ke kapal HSV Swift milik UEA ternyata juga tidak terbukti menghancurkan (hanya membuat kerusakan) dan dalam serangan ke USS Mason konon dengan mudah dirontokkan dengan rudal Standard Missile-2 (SM-2) dan rudal Enhanced Sea Sparrow Missile (ESSM).
Dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas Militer China sejalan dengan politik ekpansi mencaplok Laut China Selatan, sudah seharusnya Indonesia sebagai negara maritim tidak berdiam diri, tidak memposisikan diri sebagai Safety Player. Memperhatikan eskalasi LCS, negosiasi yang berbelit-belit dan kualitas rendah rudal C-705 serta akar rivalitas China Vs India, maka sudah selayaknya program ToT 705 dibatalkan dan dialihkan ke program ToT BRAHMOS dengan pertimbangan keseimbangan politik militer, Persahabatan Indonesia-Rusia-India, kualitas rudal BRAHMOS, dan tentu saja dilakukan rekalkulasi tonase, lebar dan panjang dari KCR dan KRI.
Sumbangan Artikel : W Indrawan