Pakar militer China Du Wenlong mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CCTV bahwa rudal baru permukaan-ke-kapal (SSM) Jepang, yang memiliki jangkauan 300 kilometer, hampir tidak akan mencapai tujuan dalam pertempuran nyata, dan mengatakan bahwa ancaman senjata tersebut hanya sebatas teori saja.
Menurut situs berita pertahanan AS, RCD, rudal baru Jepang dijadwalkan akan dikerahkan ke Miyako dan Yaeyama, gugus pulau di bagian selatan prefektur Okinawa pada 2023, yang mampu menjangkau kepulauan Senkaku (Diaoyu – China) dalam radius tempur mereka. Jika Jepang menyebarkan rudal baru hingga 270 kilometer disepanjang selat Miyako, maka negara itu akan dapat menutup jalur dan memperluas lapangan tembak untuk Kepulauan Senkaku/Diaoyu dan bahkan mampu menjangkau Taiwan, serta wilayah pesisir timur laut.
RCD berkomentar bahwa peningkatan kemampuan ofensif Jepang bisa menjadi pedang bermata ganda bagi Amerika Serikat. Jika laporan RCD benar, rudal baru tidak hanya akan menimbulkan ancaman bagi Kepulauan Senkaku/Diaoyu, tetapi juga akan mengancam kegiatan tertentu Angkatan Laut dan Angkatan Udara China, kata Du.
Jepang sudah mengerahkan rudal SSM jenis 88 ke Kepulauan Miyako pada tahun 2013 lalu. Dengan dua kali lipat radius tempur, rudal baru akan mampu menyerang sasaran di daerah terpencil.
Namun, Du percaya bahwa ancaman tersebut hanya teoritis, dan senjata itu tidak mungkin dapat berbuat banyak dalam pertempuran yang sebenarnya. Bila pengerahan rudal tersebut di pulau-pulau tetap, maka basis rudal dapat hancur dalam perang. Selain itu, beberapa pesawat Angkatan Udara China mampu mengganggu radar dan sistem pengintaian elektronik rudal tersebut. Sementara itu, rudal udara jarak jauh dan jarak menengah China juga mampu menghancurkan rudal-rudal tersebut.
Sumber: China Military